Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Punya Nyali Dan Dompet Yang Tebal

BTN Pastikan Hadir Untuk Wong Cilik

Selasa, 7 Februari 2023 23:17 WIB
Direktur Consumer BTN Hirwandi Gafar. (Foto: BTN)
Direktur Consumer BTN Hirwandi Gafar. (Foto: BTN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pembiayaan perumahan yang menyasar pekerja dengan pendapatan tak menentu, bukanlah hal yang mudah. Sehingga butuh nyali besar untuk menawarkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada sektor informal ini.

Hal inilah yang tengah gencar dilakukan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk demi mengatasi masalah backlog (selisih supply dan demand) perumahan. Di mana menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (Susenas BPS), backlog perumahan sudah melewati angka 12,7 juta.

Karena itulah BTN, yang memiliki bisnis inti pembiayaan properti ini tengah giat bergerilya membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) memiliki hunian yang layak. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat ekosistem pembiayaan, yang tentunya memihak pekerja informal.

Sejumlah skema pembiayaan pro wong cilik telah disiapkan BTN. Sebut saja skema baru Kredit Pemilikan Rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (KPR FLPP).

Direktur Consumer BTN Hirwandi Gafar bilang, pihaknya mengusulkan masa tenor subsidi selama 10 tahun dan bunga 5 persen, serta tenor cicilan KPR selama 20 tahun. "Untuk tahun berikutnya diberlakukan penyesuaian skema mengikuti perbaikan ekonomi debitur KPR Subsidi," kata Hirwandi dalam keterangan resminya, Minggu (5/2).

Untuk diketahui, program yang diluncurkan pada 2010 itu telah menjadi harapan Pemerintah untuk mengatasi backlog. Sekaligus menjadi andalan BTN untuk menyalurkan pembiayaan kepada MBR. Pasalnya, pada program ini masyarakat meraih beragam keringanan dalam mencicil KPR. Hal yang tidak mungkin bisa didapat dari debitur KPR program lainnya.

Baca juga : Pintu Airlangga Terbuka Untuk Bang Surya

Tidak cukup hanya di situ, BTN juga memiliki skema rent to own untuk pekerja informal. Bukan rahasia lagi, masyarakat yang bekerja di sektor informal kerap mendapat penolakan saat ingin mengakses KPR lewat perbankan. Maklum, pekerja informal seperti pedagang pasar dan driver ojek biasanya unbankable.

“Lewat skema rent to own, mereka akan menjalani masa sewa selama 6 bulan, sebelum akhirnya mendapatkan fasilitas KPR,” tutur Hirwandi.

Apa yang dilakukan BTN Ini mendapat apresiasi tinggi dari sejumlah pihak.

Direktur Eksekutif Institute for Development Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad bahkan menyebut nyali BTN sangat besar, karena berani hadir untuk kelompok masyarakat pekerja informal. Mengingat kelompok informal ini memiliki pendapatan tidak tetap setiap hari atau bulannya.

"Artinya, meskipun ada risiko gagal bayar, tapi BTN mengambil sikap hadir untuk membantu kelompok-kelompok tersebut," puji Tauhid kepada Rakyat Merdeka, Selasa (7/2).

Ia mengakui kebutuhan rumah di sektor informal tersebut sangat tinggi. Sayangnya, selama ini jarang ada bank yang berani memberikan pembiayaan, untuk memudahkan mereka memiliki hunian pertamanya.

Baca juga : Duit 500 Triliun Habis Untuk Studi Banding

Karenanya, ia mendorong BTN bisa terus memperluas pembiayaannya, termasuk kepada kelompok tani yang landless (tidak punya lahan atau sawah sendiri). Sebab, jumlah kelompok di sektor informal ini terbesar dalam ekonomi atau hampir 50 persen.

"Jadi, memang ada beberapa kelompok yang sangat membutuhkan bantuan. Terutama terkait bantuan subsidi bunga saat ingin memiliki hunian. Dengan bantuan itu, harapannya bisa meringankan beban mereka," katanya.

Ia meyakini, dengan program yang tepat, Pemerintah, melalui BTN bisa terus mengurai angka backlog perumahaan ke depannya.

"Ini (penyaluran kredit) ke masyarakat informal, jadi salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi backlog perumahan," yakinnya.

Ia melihat, ketika pandemi Covid-19 melanda, demand atas kebutuhan rumah dari sektor formal menurun. Namun, kata dia, ada peningkatan demand di sektor informal akan hunian.

“Artinya, peluang pasarnya (informal) memang ada dan banyak. Tapi, ya itu tadi, belum ada yang berani kecuali BTN. Padahal, marketnya besar," tandasnya.

Baca juga : Ke Manado, BNPB Pastikan Penanganan Banjir dan Longsor Berjalan Baik

Setali tiga uang, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda juga melihat, dengan kemampuan finansial BTN saat ini akan mampu menggenjot penyaluran KPR-nya. Sekadar informasi, BTN sukses meraup dana dari hasil right issue baru-baru ini sebesar Rp 4,13 triliun.

“Saat ini likuiditas BTN cukup baik, sehingga menjadi momen untuk mereka dapat menyerap pasar seluas-luasnya,” tutur Ali kepada Rakyat Merdeka, Senin (6/2).

Karena itu menurutnya, dengan dompet yang tebal serta nyali yang besar, dia yakin BTN bisa menjadi motor untuk menyelesaikan masalah backlog dari sisi pembiayaan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.