Dark/Light Mode

BI Ramal Ekonomi RI Tahun Ini Tumbuh 4,5-5,3 Persen

Kamis, 25 Mei 2023 19:26 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo dan jajarannya memberikan keterangan pers BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). (Foto: Ist)
Gubernur BI Perry Warjiyo dan jajarannya memberikan keterangan pers BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini mencapai 4,5-5,3 persen.

Hal tersebut dikatakan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam keterangan tertulisnya, Kamis (25/5).

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat. Hal ini bisa diliat dari pertumbuhan ekonomi triwulan I-2023 tercatat 5,03 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut naik dibanding dengan triwulan sebelumnya, sebesar 5,01 persen.

Baca juga : Data Ekonomi AS Cerah, Rupiah Babak Belur

“Perkembangan positif ini didorong oleh tingginya ekspor dan meningkatnya permintaan domestik sejalan dengan konsumsi rumah tangga dan konsumsi Pemerintah yang meningkat serta investasi nonbangunan yang baik,” katanya.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi juga didukung kinerja yang baik di seluruh Lapangan Usaha (LU). Kontribusi yang besar tercatat pada LU Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, serta Transportasi dan Pergudangan.

“Secara spasial, pertumbuhan ekonomi tertinggi tercatat di wilayah Kalimantan dan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua),” katanya.

Baca juga : BI DKI Yakin Ekonomi Jakarta Terus Tumbuh Di Triwulan II 2023

Menurut dia, perkembangan terkini juga menunjukkan kegiatan ekonomi tetap membaik pada triwulan II-2023. Hal ini sebagaimana tecermin pada pertumbuhan positif penjualan eceran, ekspansi Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur, dan kenaikan keyakinan konsumen.

“Kinerja ekspor pada April 2023 juga kuat di tengah membaiknya perekonomian global,” katanya.

Ekonomi Global

Perry juga memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia 2023 lebih tinggi dari prakiraan semula. Pertumbuhan ekonomi global 2023 diprakirakan mencapai 2,7 persen secara tahunan. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan ekonomi negara berkembang yang lebih kuat.

Baca juga : Awal Pekan, Rupiah Dibuka Melemah 0,03 Persen

“Ekonomi China tumbuh lebih baik didorong oleh pembukaan ekonomi pascapandemi Covid-19. Prospek ekonomi India juga meningkat didukung oleh permintaan domestik yang kuat,” ujarnya

Sementara itu, pemulihan ekonomi negara maju, terutama Amerika Serikat (AS) tertahan sejalan dengan dampak kebijakan moneter ketat dan peningkatan risiko stabilitas sistem keuangan (SSK). Penurunan inflasi global berlanjut terutama dipengaruhi oleh proses disinflasi negara berkembang yang lebih cepat sedangkan penurunan inflasi negara maju lebih lambat akibat pasar tenaga kerja yang ketat.

Ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi dipengaruhi oleh dampak risiko SSK di negara maju dan juga ketidakpastian penyelesaian permasalahan government debt ceiling di AS. “Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global tersebut, aliran masuk modal asing ke negara berkembang berlanjut seiring dengan kondisi dan prospek perekonomiannya yang lebih baik,” katanya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.