Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Krisan Bogor Bakal Banjiri Ekspor Jepang

Kamis, 26 September 2019 15:37 WIB
Krisan Bogor (Foto: Humas Kementan)
Krisan Bogor (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menjelajahi Kabupaten Bogor akan lebih lengkap jika singgah ke kebun krisan milik Ketut Suwarjana, di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung. Saat menuju lokasi kebun, akan terlihat hamparan puluhan green house berwarna putih menyilaukan mata. Di dalamnya nampak ribuan tanaman krisan dengan bunga menyembul beraneka warna memanjakan pandangan mata. Pemandangan yang menyejukkan untuk mengabadikannya lewat jepretan kamera. 

Krisan memang primadona. Bunga ini selalu menghiasi dekorasi di acara pernikahan, bucket, bunga papan. Bahkan pada hari-hari keagamaan permintaan bunga krisan akan melonjak tinggi hingga tiga kali lipat.

Tidak hanya sebatas pasar lokal dan nasional, pasar ekspor krisan juga sangat tinggi, khususnya Jepang. Saat ini, Jepang merupakan pengimpor krisan terbesar di Asia dan Malaysia menjadi pengekspor krisan terbesar ke negara tersebut. Pasar ekspor krisan, terutama Jepang, tiap bulan terus mengalami peningkatan.

Baca juga : Diminati Pasar Dunia, Umbi Porang Bakal Dikembangkan untuk Ekspor

Dalam hitungan per minggu, permintaan Jepang terhadap bunga krisan mencapai 10 ribu tangkai. Ketut dengan brillian mampu menangkap peluang tersebut. Meskipun untuk menembus pasar Jepang tidak mudah karena Jepang menerapkan standar yang tinggi dari setiap produk yang akan masuk ke negaranya.

“Saya optimistis mampu membidik Jepang. Waktu mengirimkan sampe, setiap produk harus bebas dari hama dan penyakit, tidak lecet, daun halus tidak ada bercak, serta bunga mekar tahan lama. Krisan saya mampu bertahan hingga 20 hari lebih. Daun bunganya mulus tanpa bercak,” ujar Ketut.

Berbeda dengan pasar lokal yang mengendaki bunga mekar saat dipanen, pasar Jepang justru menghendaki bunga dalam keadaan masih kuncup. Kriteria tersebut menguntungkan Ketut karena dengan demikian dirinya dapat menanam empat kali dalam setahun. 

Baca juga : Pelanggan Dapat Voucher Jaklingko

“Penjualan dalam bentuk kuncup menguntungkan saya. Saya bisa tanam lebih banyak. Selain menghemat biaya pemeliharaan, bunga lebih terjamin dari serangan hama dan penyakit. Berbeda halnya jika bunga dipanen saat mekar, saya hanya bisa menanam tiga kali dan biaya produksi lebih tinggi,” paparnya.

Rencana ke depan, Ketut akan melakukan perluasan tanam untuk bisa memenuhi permintaan pasar ekspor ke Jepang. Saat ini dirinya baru sanggup menyediakan sekitar 4 ribu tangkai. Untuk memenuhi kebutuhan bibit, Ketut selaku ketua kelompok tani Swastika Jaya mengharapkan dukungan baik dari pemerintah daerah maupun pusat dalam pengembangan krisan. 

“Bimbingan teknis sangat diperlukan dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani dalam mengelola kebun, penanaman hingga pemanenan. Biaya investasi yang cukup besar juga merupakan masalah yang sering dihadapi petani dalam upaya ekstensifikasi lahan,” tambah Ketut. 

Baca juga : Kawasan Korporasi Pendorong Ekspor Hortikultura

Masalah lainnya, kata Ketut, adalah benih yang ditangkarkan berasal dari pohon indukan yang sudah digunakan turun temurun atau beberapa generasi. Sehingga produktivitasnya dan ketahanan terhadap hama dan penyakitnya sudah menurun. Permasalahan tersebut tidak membuat pudar asanya untuk mendongkrak ekspor ke Jepang, dengan terus berupaya menghasilkan bunga krisan yang berkualitas tinggi.

Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman, mengatakan pihaknya akan terus mendorong pengembangan kawasan Krisan berorientasi ekspor.  “Ekspor krisan ke Jepang sepanjang Januari-Juli 2019 mencapai 16,4 ton senilai 250.841 dolar AS atau sekitar Rp 3,5 miliar. Tahun 2020 kami alokasikan pengembangan krisan melalui APBN seluas 47 ribu meter persegi, melonjak dari tahun ini yang hanya 3.500 meter persegi. Lokasi pengmbangan kami pilih di beberapa daerah diantaranya Kota Solok, Solok, Cianjur, Semarang, Wonosobo, Kulonprogo, Kota Tomohon, Tana Toraja dan Karo,” terang Liferdi. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.