Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS

RM.id Rakyat Merdeka - Menteri Keuangan Sri Mulyani lagi happy. Pasalnya, penerimaan pajak negara per Juli 2024 tembus Rp 1.045,32 triliun.
Kabar baik tersebut disampaikan Sri Mul saat Konferensi Pers bertema “APBN Kita” Edisi Agustus 2024, yang digelar secara hybrid, Selasa (13/8/2024).
Sri Mul mengenakan baju berwarna hitam dengan corak bunga. Mantan Direktur Bank Dunia itu, diapit dua wakilnya: Suahasil Nazara dan Thomas Djiwandono. Hadir juga jajaran pejabat eselon I Kementerian Keuangan.
Baca juga : Mega Di Jakarta SBY Di Pacitan
Awalnya, Sri Mul menjelaskan kondisi ekonomi global yang masih belum stabil. Kemudian, menjelaskan kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
Saat menjelaskan kondisi APBN, wajah Sri Mul terlihat berbinar-binar. Salah satunya, saat bicara penerimaan pajak per 31 Juli sudah mencapai Rp 1.045,32 triliun atau 52,56 persen dari total target Rp 2.307,9 triliun.
Rinciannya, penerimaan pajak terbesar disumbang Pajak penghasilan (PPh) Non Migas mencapai Rp 593,76 triliun. Namun, realisasi tersebut turun -3,04 persen atau setara 55,84 persen dari target. PPh migas juga mengalami kontraksi -13,21 persen. Realisasi penyerapan PPh migas hingga Juli tercatat sebesar Rp 39,32 triliun atau 51,49 persen dari target.
Baca juga : Arya Seno Bagaskoro: Kami Berupaya Agar Tak Ada Kotak Kosong
Kata Sri Mul, kontraksi PPh nonmigas ditengarai pelemahan harga komoditas tahun lalu yang menyebabkan profitabilitas turun. Sedangkan, perlambatan serapan PPh migas utamanya dipengaruhi penurunan lifting migas.
Namun, kata dia, kinerja Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) meningkat 7,34 persen. Realisasi serapan dari komponen ini tercatat Rp 402,16 triliun atau 49,57 persen. Adapun, realisasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan pajak lainnya mencapai Rp 10,07 triliun. Nilai tersebut tumbuh 4,14 persen.
Menurut Sri Mul, penerimaan bruto PPN dan PPnBM mencatatkan kinerja positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang terjaga. Sementara peningkatan kinerja PBB dan pajak lainnya ini ditopang penerimaan PBB dari sektor pertambangan.
Baca juga : Fahira Idris: Dinamika Pilkada Jakarta Sangat Mengkhawatirkan
Di sisi lain, APBN mengalami defisit Rp 93,4 triliun hingga Juli 2024. Defisit APBN 2024 ini minus 0,41 persen dari PDB. Namun, Sri Mul menegaskan, defisit tersebut masih kecil dibandingkan total target defisit APBN tahun ini sebesar 2,2 persen.
Sehingga, secara keseluruhan, kinerja APBN hingga Juli masih menunjukkan perkembangan perbaikan. Hal itu dilihat dari pendapatan negara yang mencapai Rp 1.545,4 triliun hingga Juli 2024.
“Ini artinya, kami telah mengumpulkan 55,1 persen dari target APBN tahun ini. Kalau Anda lihat gross-nya 4,3 persen itu jauh lebih kecil dari gross negatif bulan lalu yang sekitar 7 persen. Jadi, ini sudah mulai membaik, sekarang gross negatifnya mengecil di 4,3 persen,” tutur Sri Mul.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya