Dark/Light Mode

Gubernur BI: Harus Diantisipasi, Prospek Ekonomi Global Tahun 2025 & 2026 Redup

Jumat, 29 November 2024 20:16 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2024 di Jakarta, Jumat (29/11/2024). (Foto: YouTube)
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2024 di Jakarta, Jumat (29/11/2024). (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengingatkan publik tentang situasi dunia yang terus bergejolak. Terutama, setelah terpilihnya kembali Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang mengusung kebijakan America First.

Kebijakan ini diyakini akan membawa perubahan besar pada lanskap geopolitik dan perekonomian dunia. Semisal tarif tinggi dan bahkan perang dagang, ketegangan geopolitik, disrupsi rantai pasok dagang, serta fragmentasi ekonomi dan keuangan.

"Akibatnya, prospek ekonomi global akan meredup pada 2025 dan 2026," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia bertema Sinergi Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional di Jakarta, Jumat (29/11/2024).

Baca juga : PTPN Group Sumbang 50 Persen Kenaikan Produksi Gula Nasional Tahun 2024

Perry menjelaskan, ketidakpastian akan semakin tinggi dengan lima karakteristik sebagai berikut:

1. Slower and divergent growth.
Pertumbuhan dunia akan menurun pada 2025-2026. Sementara AS membaik, China dan Eropa melambat. "India dan Indonesia masih cukup baik," ujar Perry.

2. Reemergence of inflation pressures. Penurunan inflasi dunia akan melambat, bahkan berisiko naik pada tahun 2026 akibat adanya gangguan rantai pasok dan perang dagang.

Baca juga : Pj Gubernur Sumut Hadiri Rakor Antisipasi Isu PHK dan Persiapan UMP 2025

3. Higher US interest rate.

Penurunan Fed Fund Rate akan lebih rendah. Sementara yield US Treasury akan melonjak ke angka 4,7 persen pada 2025 dan 5 persen pada 2026 karena membengkaknya defisit fiskal dan utang pemerintah AS.

4. Strong US Dollar. Dolar AS akan menguat dari 101 ke 107. Akibatnya, terjadi  tekanan depresiasi terhadap nilai tukar mata uang di seluruh dunia. Termasuk rupiah. "Semoga, dolar Amerika tidak menguat lagi," ucap Perry.

Baca juga : Punya Prospek Kinclong, Ekonomi Syariah Tumbuh

5. ā Invest in America. Perry meyakini, preferensi ini akan berkembang di kalangan investor global. Akibatnya, terjadi pelarian modal dari emerging market ke Amerika karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar.

Kelima gejolak global tersebut memiliki dampak negatif ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

“Ini perlu kita antisipasi. Kita waspadai dengan respons kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional yang telah susah payah kita bangun," tegas Perry.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.