Dark/Light Mode

Kurangi Ketergantungan Terhadap Fosil

Hidrogen Dan Anomia Bisa Jadi Energi Untuk Industri

Rabu, 18 Desember 2024 07:00 WIB
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung. Foto: IStimewa
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung. Foto: IStimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah tengah mengkaji peta jalan pengembangan energi yang bersumber dari hidrogen dan amonia. Kedua sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) ini diharapkan bisa menjadi sumber energi transportasi dan Industri.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menjelaskan, ketersediaan kedua komoditas itu melimpah. Pemanfaatannya bisa dilakukan dalam skala besar untuk meningkatkan ekonomi. Khususnya di sektor energi terbarukan.

“Apalagi sebagai negara kepulauan, Indonesia berada di jalur perdagangan global,” kata Yuliot dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Reviu Peta Jalan (Roadmap) Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) serta launching Global Hydrogen Ecosystem Summit (GHES) 2025 di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (17/12/2024).

Menurut Yuliot, hidrogen dan amonia juga dapat dimanfaatkan untuk transportasi seperti kapal dan pesawat.

Baca juga : Banjir Rob Makin Parah Akibat Penurunan Tanah

Selain itu, pengembangan energi ini juga dapat mendukung proses industri seperti produksi besi.

Yuliot menjelaskan, Indonesia masih tergantung pada energi fosil. Dengan kapasitas produksi yang ada, Indonesia masih perlu impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

“Penggunaan BBM secara nasional sekitar 1,5 juta barel per hari. Sedangkan tingkat produksi kita hanya sekitar 600 ribu barel. Untuk menutup kekurangan BBM, berarti ya kita harus mengimpor,” jelas Yuliot.

Karena itu, hidrogen dan amonia menjadi salah satu strategi untuk mengatasi perubahan iklim karena sifatnya ramah lingkungan.

Baca juga : Gelar Penutup Akhir Tahun

“Bukan itu saja, hidrogen dan amonia berpotensi menarik investasi, mendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja baru,” terang Yuliot.

Untuk mencapai pengembangan optimal, kata Yuliot, diperlukan kolaborasi dengan negara mitra internasional terkait transfer teknologi.

Salah satu langkah yang diambil Kementerian ESDM adalah bekerja sama dengan Indonesian Full Cell and Hydrogen Energy (IFHE) untuk menyelenggarakan GHES pada April 2025.

“GHES 2025 akan menjadi momentum penting bagi para pemimpin industri, pembuat kebijakan dan inovator untuk membahas langkah strategis dalam memanfaatkan potensi hidrogen rendah karbon,” jelas Yuliot.

Baca juga : Red Sparks Vs Pink Spiders, Megatron-Bukilic Menyala

Selain itu, lanjutnya, bauran energi juga sangat penting untuk mencapai target swasembada energi. Salah satu langkah konkret yang sedang didorong adalah penggunaan BBM campuran sawit, dengan target penerapan B40 pada 2025. Saat ini, Indonesia sudah menerapkan B35.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menambahkan, pihaknya tengah melakukan review terhadap peta jalan hidrogen dan amonia nasional.

Tahun lalu, Kementerian ESDM juga telah memberikan gambaran mengenai strategi nasional hidrogen dan amonia. DIR

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 10, edisi Rabu, 18 Desember 2024 dengan judul "Kurangi Ketergantungan Terhadap Fosil, Hidrogen Dan Anomia Bisa Jadi Energi Untuk Industri"

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.