Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Laik Terbang Tapi Beda Teknologi Dengan Boeing
Garuda Butuh Adaptasi Gunakan Pesawat China
Sabtu, 11 Januari 2025 07:05 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pesawat terbang buatan Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) dinyatakan layak terbang. Namun, jika PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk jadi membeli pesawat made in Negeri Tirai Bambu itu, memerlukan penyesuaian alias adaptasi dari sisi teknologinya karena berbeda dengan buatan Boeing.
Terbatasnya ketersediaan pesawat di pasar global, mendorong Garuda Indonesia menjajaki pabrikan pesawat buatan COMAC.
Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan, Garuda Indonesia memang perlu menambah armadanya untuk mengantisipasi potensi peningkatan jumlah penumpang tahun ini.
Karenanya, tak heran bila Garuda melakukan penjajakan ke sejumlah negara yang memproduksi burung besi.
Baca juga : Please, Pembangunan JPO Diperbanyak Dong
“Yang saya tahu, ke China itu masih tahap penjajakan. Yang sudah pasti itu ke Boeing karena pembicaraan soal pengadaan pesawat dengan mereka sudah lama, tinggal eksekusinya (pembelian),” ujar Gatot kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut Gatot, bila Garuda Indonesia ingin mendatangkan armada buatan China, maka memerlukan penyesuaian atas teknologi pesawat besutan COMAC.
Gatot menceritakan, ia sempat berkunjung ke pabrikan yang didirikan pada 11 Mei 2008 itu di Pudong, Shanghai. Menurut dia, pesawat itu sudah memenuhi standar kelaikan dari otoritas China.
“Kalau ditanya soal safety, ya aman. Tapi, pasti ada perbedaan dari segi teknologi yang diterapkan. Yang punya China itu ada sistem (perakitan) robot. Nah, itu kan harus dipelajari dan pilot perlu penyesuaian karena selama ini terbiasa dengan Boeing,” bebernya.
Baca juga : Manchester City Vs Salford City, The Citizens Diuji Tim Strata Empat
Selain soal teknologi pada pesawat, lanjut Gatot, Garuda juga harus mempertimbangkan soal maintenance pesawat dan layanan after sales-nya.
“Setahu saya, kalau perlu maintenance, pesawatnya harus dibawa ke China. Tapi tergantung kesepakatan, apakah kalau beli banyak (pesawat) maka bisa dicek atau perbaiki di Indonesia,” katanya.
Gatot menggarisbawahi, penambahan armada pada saat ini sangatlah penting. Namun ingat, imbuhnya, maskapai juga harus mempertimbangkan tingkat keterisian (load factor) dari masing-masing pesawat.
“Kalau tahun ini dikatakan mau menambah 20 armada, memang cukup. Tapi lihat juga load factor-nya. Jadi, penting juga mengoperasikan pesawat ke rute-rute yang load factor-nya tinggi,” katanya.
Baca juga : Cetak 33 Poin Di Laga Liga Voli Putri Korea, Megatron Terus Menyala
Ia menyarankan, upaya menjaga keterjangkauan masyarakat terhadap harga tiket pesawat, tetap bisa dilakukan pasca periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Karena dikhawatirkan, harga tiket pesawat naik karena imbas dari penerapan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 12 persen. Padahal, pesawat terbang termasuk transportasi umum layaknya angkutan darat dan laut.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya