Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menakar Target Lifting 1 Juta Barel pada 2030

Minggu, 1 Maret 2020 23:57 WIB
Fahmy Radhi (Foto: Istimewa)
Fahmy Radhi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas), produksi siap jual (lifting) minyak selama 10 tahun terakhir ini cenderung menurun dari 927.000 pada 2009 menjadi 743.000 barel per hari pada 2019. Bahkan, selama kurun waktu 10 tahun, realisasi lifting minyak hampir tidak bisa mencapai target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada 2009, target lifting minyak pada APBN ditetapkan 1,24 juta barel per hari, namun realisasinya sebesar 927.000 barel per hari. Demikian juga pada 2019, target lifting APBN ditetapkan sebesar 775.000 barel per hari, tetapi realisasinya lebih rendah dari target APBN yang mencapai 743.000 barel per hari. 

Di tengah penurunan lifting minyak dan tidak tercapainya target lifting yang ditetapkan dalam APBN, SKK Migas menetapkan target ambisus, yakni lifting minyak 1 juta barel per hari. Kalau berdasarkan forecasting yang menggunakan data historis selama 10 tahun terakhir, target lifting 1 juta barel mustahil dapat dicapai pada 2030. Namun, jika berdasarkan pada total cadangan potential dan proven minyak bumi diperkirakan sekitar 7.732,27 juta stock tank barrel, target lifting 1 juta barel per hari pada 2030 tidak mustahil untuk dicapai.

Baca juga : Potensi Migas Indonesia Besar, Lifting 1 Juta Barel Bukan Mimpi

Pencapaian target itu sebenarnya telah didukung iklim investasi di hulu yang semakin kondusif dan mampu bersaing dengan negara lain penghasil minyak bumi. Index kemudahan berbisnis (Ease of Doing Business) di Indonesia semakin membaik dari level 91 pada 2017 menjadi 72 pada 2019, lebih baik ketimbang China 78, India 101, dan Brazil 125. Cost index hulu migas Indonesia sedikit lebih tinggi dibanding cost index global, tetapi masih lebih rendah dibanding cost index hulu negara-negara Asia Pasific. Profit margin (earning after tax to net sales) investasi di hulu Indonesia mencapai 72 persen dari net sales, sedangkan biaya operasional (operational expenditure) mencapai hanya sebesar 29 persen dari net sales

Selain iklim investasi yang semakin kondusif tersebut, regime contract, yang menjadi salah pertimbangan penting bagi investor untuk berinvestasi di hulu, telah diperbaiki. Sebelumnya, sejak 2017 regime contract ditetapkan harus menggunakan gross split untuk investasi wilayah kerja (WK) baru, sedangkan WK pengembangan masih menggunakan cost recovery. Kini, Menteri Energi dan Sumber Mineral (ESDM) Arifin Tasrif telah mengubahnya dengan memberikan keleluasaan bagi investor untuk menetapkan sendiri regime contract, antara gross split atau cost recovery. Dengan demikian, investor mempunyai flexibilitas dalam menentukan contract regime sesuai dengan perhitungan tingkat keekonomian di WK hulu.

Baca juga : Menang TKO, Fury Juara Baru kelas Berat WBC

Selain itu, penetapan target lifting 1  juta barel per hari sesungguhnya merupakan visi progresif yang menjadi spirit bagi SKK Migas dan K3S untuk merealisasikannya. Untuk mencapainya, masih ada beberapa upaya yang harus dilakukkan oleh SKK Migas. Pertama, memperbaiki proses perizinan yang masih panjang dan berjenjang menjadi perizinan satu atap. Kedua, memaksimalkan potensi reservoir dan produksi yang ada (maximizing existing), Ketiga, melakukan transformasi resources menjadi reserves. Keempat, menerapkan teknologi enhance oil recovery (EOR) agar kegiatan eksplorasi dan eksploitasi dapat dilakukan secara full-field. Kelima, meningkatkan kegiatan eksplorasi secara massif untuk mendapatkan penemuan besar (giant discovery)

Berdasarkan jumlah cadangan minyak bumi dan iklim investasi yang semakin kondusif, serta penerapan kelima upaya tersebut, target lifting 1 juta barel per hari akan dapat dicapai (achievable) pada 2030. Namun, tanpa kerja keras SKK Migas dalam menerapkan kelima upaya itu, jangan harap target lifting satu juta barel per hari dapat dicapai.  

Baca juga : BNI Makin Getol Salurkan KUR 2020

Fahmy Radhi
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.