Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ternyata Masih Minus

Ekonomi Bangkit, Lain Di Kata, Lain Di Data Dan Fakta

Kamis, 6 Mei 2021 07:00 WIB
Kepala BPS Suhariyanto. (Foto: ANTARA)
Kepala BPS Suhariyanto. (Foto: ANTARA)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani berkali-kali menyatakan amat pede ekonomi kita sudah pulih. Kata mereka, tanda-tandanya sudah terlihat. Ternyata, dalam data Badan Pusat Statistik (BPS), di kuartal I-2021 membuktikan, ekonomi kita masih minus. Resesi belum pergi. Ekonomi bangkit, au ah gelap.

Kemarin, BPS merilis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 masih minus 0,74 persen. Artinya, pertumbuhan ekonomi masih belum beralih ke zona positif, setelah mengalami kontraksi 4 periode berturut-turut.

Sejumlah sektor usaha memang mulai bergeliat, tapi tak sedikit sektor yang masih terpuruk. Dengan kondisi ini, Indonesia belum mampu keluar dari jurang resesi.

Kepala BPS Suhariyanto menyebut, kinerja ekspor barang dan jasa tumbuh lumayan sehingga membantu kinerja perekonomian. Sayangnya, konsumsi rumah tangga masih terkonstraksi 2,23 persen. Daya beli masyarakat yang belum pulih ini berpengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2021. Pasalnya, komponen konsumsi menyumbang 56,9 persen dari total pendapatan domestik bruto (PDB).

Baca juga : Dijinakkan Di Jakarta Jokowi Dapat Wanginya

Menurut Suhariyanto, dari enam komponen konsumsi rumah tangga, cuma dua yang sudah tumbuh positif. Yaitu, perumahan dan perlengkapan rumah tangga (1,27 persen) serta kesehatan dan pendidikan (0,31 persen). Sisanya, masih terkontraksi. Seperti transportasi dan komunikasi (-4,24 persen), restoran dan hotel (-4,16 persen), serta penjualan eceran mulai dari makanan, minuman, pakaian, juga masih minus. Begitu juga penjualan wholesale untuk mobil penumpang dan sepeda motor yang masih terkontraksi cukup dalam. Jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara juga masih terkontraksi.

Meski begitu, Suhariyanto tidak menafikan optimisme Jokowi, Luhut, dan Sri Mulyani, soal perbaikan ekonomi. Kata dia, kontraksi yang terjadi saat ini sudah menunjukkan arah perbaikan jika dibanding kuartal II hingga IV 2020. Hal ini bisa dilihat angka kontraksi yang semakin kecil. Kuartal II-2020, ekonomi mengalami kontraksi sangat dalam (-5,32 persen). Kemudian, terjadi perbaikan di kuartal III-2020 (-3,49 persen) dan kuartal IV-2020 (-2,9 persen).

"Ini menunjukkan bahwa tanda-tanda pemulihan ekonomi akan semakin nyata. Tentu kita berharap, ke depan pemulihan ekonomi akan terjadi di 2021 betul-betul bisa terwujud," ucapnya.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan hal serupa. Meski pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 masih negatif, Ketua Umum Partai Golkar ini menyebut, angkanya sudah menunjukkan perbaikan dari periode sebelumnya. Artinya, pemulihan ekonomi sedang berlangsung. Jika dilihat dari pergerakannya, pemulihan ekonomi terlihat berbentuk huruf V.

Baca juga : Ketua Komisi XI DPR: Ekonomi Mulai Bangkit, Akselerasi Pemulihan Kian Nyata

Airlangga mengakui, konsumsi rumah tangga masih minus. Tapi, angkanya lebih baik daripada kuartal IV-2020. "Kami optimis triwulan II tahun ini ekonomi Indonesia akan mampu tumbuh di kisaran 6,9 persen sampai 7 persen," ucapnya, kemarin.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani tidak kaget dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 yang masih negatif. Menurut dia, kinerja ekonomi kuartal pertama memang masih cukup berat untuk bergerak ke arah positif. Namun, dia yakin, di periode berikutnya, Indonesia akan keluar dari jurang resesi. Apalagi ada momentum Lebaran dibarengi dengan kebijakan pemerintah yang bisa mendorong konsumsi.

Kepala Center Macroeconomics and Finance Indef Rizal Taufikurahman menilai, capaian pertumbuhan ekonomi kita masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara lain, seperti Vietnam. Negara itu sudah bisa tumbuh positif.

Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki ekonomi kita? Rizal menyebut, ada tiga cara. Pertama, perlu pemerataan program vaksinasi. Kedua, mendorong konsumsi rumah tangga. Ketiga, ekspansi kredit. “Perlu ada perbaikan kinerja kredit yang bisa menggerakkan sektor riil," jelasnya.

Baca juga : Tenang, Ibra Masih Semusim Lagi Di San Siro

Ekonom Indef, Bhima Yudhistira menyampaikan hal serupa. Kata dia, salah satu faktor yang membuat ekonomi masih minus ialah lambatnya pemerintah daerah membelanjakan APBD sejak tahun lalu. Alhasil, masyarakat daerah belum mendapatkan bantuan maksimal dari APBD. Makanya, tak heran kalau pada kuartal I-2021, realisasi tercatat minus 0,74 persen. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.