Dark/Light Mode

IFG International Conference 2022, Dorong Pertumbuhan Industri Asuransi

Rabu, 1 Juni 2022 21:36 WIB
IFG International Conference 2022, Dorong Pertumbuhan Industri Asuransi

RM.id  Rakyat Merdeka - Pertumbuhan industri asuransi di Tanah Air pasca pandemi Covid-19 cukup menunjukkan hasil yang positif. Hingga Maret 2022, aset total industri keuangan nonperbankan tersebut mencapai Rp 1.637 triliun atau tumbuh 12,9 % dari tahun sebelumnya. Sejalan dengan industri asuransi, dana pensiun juga menunjukkan progres yang positif. Yakni, memiliki total aset bersih senilai Rp 329 triliun atau tumbuh 6% dari tahun sebelumnya.

Hal tersebut diungkapkan oleh Destry Damayanti, Senior Deputy Governor of Bank Indonesia, dalam pidato sambutannya di acara IFG International Conference 2022, Selasa, (31/5).

Baca juga : Perluas Bisnis Internasional, BNI Teken MoU Dengan KB Kookmin Bank

Menurutnya, Indonesia masih memerlukan pasar keuangan yang kuat agar menjadi negara maju. Pasar keuangan yang kuat akan mampu menjaga stabilitas rupiah, sehingga berdampak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sejauh ini, penetrasi asuransi terbilang meningkat, yakni mulai dari 1,9% pada tahun 2019 menjadi 3,2% pada 2022. Sedangkan penetrasi dana pensiunan cukup stabil yaitu sebanyak 6% dan diproyeksi akan naik seiring perkembangan teknologi digital melalui program insurtech.

"Indonesia memiliki potensi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan menjadi negara maju. Upaya yang harus dilakukan misalnya lewat percepatan pasar finansial yang efisien dan inklusif," kata Destry.

Baca juga : Di Jerman, Menteri ESDM Dorong Peningkatan Investasi Transisi Energi Indonesia

Sumarjono, Advisor Departemen Pengawasan Khusus Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, upaya memperkuat industri asuransi dan dana pensiun merupakan tanggung jawab bersama. Indonesia dan negara G20 berkomitmen dalam menciptakan sistem keuangan yang kuat, industri yang bisa mendukung upaya-upaya dunia dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim, serta usaha-usaha meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Perkembangan teknologi digital juga membawa risiko, misalnya faktor keamanan yang memang menjadi isu penting saat bertransaksi. Bahkan, ke depan akan ada tren bahwa semua transaksi akan beralih secara digital, sehingga seluruh masyarakat memerlukan literasi yang memadai.

"Isu literasi keuangan ini masih menjadi tantangan bagi kita semua. Berdasarkan survey per tiga tahun yang dilakukan OJK, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia pada tahun 2019 mencapai 38,01% atau naik dari tahun 2016 sebelumnya sebesar 29,7%," kata Sumarjono.

Baca juga : Kemenperin Gandeng JICA Dorong Pertumbuhan Industri Otomotif

Menurut Senior Executive Vice President (SEVP) IFG Progress, Reza Siregar, sebagai lembaga “think tank” holding IFG, IFG Progress berkomitmen memperkuat literasi keuangan dan lembaga ini diharapkan dapat memberikan inovasi lain dalam memajukan perekonomian, khususnya pada industri jasa keuangan. IFG Progress juga memiliki harapan untuk membuat pemikiran-pemikiran dalam bentuk primary research dan secondary research terkait isu-isu yang mengemuka di industri jasa keuangan.

“Forum diskusi dari IFG International Conference 2022 diharapkan dapat mendapatkan perspektif baru dan pemikiran dari para akademisi, lembaga think tank, pemerintah, pelaku industri terkait pada seputar isu asuransi dan dana pensiun,” ucap Reza. [ARM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.