Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Para Pustakawan Utama Paparkan Pemikirannya Dalam Orasi Ilmiah

Selasa, 11 Oktober 2022 17:22 WIB
Orasi Ilmiah Pustakawan Ahli Utama yang diselenggarakan Perpusnas, di Jakarta, Selasa (11/10). (Foto: Dok. Perpusnas)
Orasi Ilmiah Pustakawan Ahli Utama yang diselenggarakan Perpusnas, di Jakarta, Selasa (11/10). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penetrasi teknologi digital berdampak kepada timbulnya pergeseran kebiasaan membaca buku. Saat ini, para pembaca dimudahkan untuk mendapatkan informasi melalui gawai yang mereka miliki.

Seiring dengan penetrasi teknologi digital, penerbit juga dihadapkan dengan tuntutan baru untuk beralih menggunakan platform digital guna meningkatkan penjualan bukunya. “Tidak hanya buku tercetak, penerbit harus mampu menjual buku berformat digital,” terang Pustakawan Ahli Utama, Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Mariana Ginting, saat memberikan orasi ilmiah dalam kegiatan Orasi Ilmiah Pustakawan Ahli Utama yang diselenggarakan Perpusnas, di Jakarta, Selasa (11/10).

Berdasarkan pengamatannya, hasil tugas akhir mahasiswa jarang dibaca masyarakat karena bahasa yang digunakan kaku, sehingga kurang menarik. Oleh sebab itu, untuk menambah jumlah penulis di Indonesia, dia menyarankan agar dibuat regulasi atau kebijakan yang mewajibkan setiap lulusan akademik selain skripsi, tesis, disertasi, juga menulis buku populer yang ber-ISBN sesuai dengan minat mahasiswa bersangkutan.

“Dengan demikian, karya dan jumlah penulis akan bertambah serta topik yang dibahas juga akan bervariasi,” ujarnya.

Baca juga : Puan: Hentikan Perang, Kedepankan Diplomasi

Selain itu, perlu adanya jaringan penerbit yang kuat dan dapat berbagi sumber daya. Penyebaran terbitan ini akan menekan biaya distribusi dan membuat harga buku lebih murah.

Sementara itu, Pustakawan Ahli Utama Kamaludin, dalam orasi ilmiahnya, memaparkan pustakawan juga berperan dalam penataan sumber daya audiovisual terintegrasi nasional. Dia mendapati kondisi bahwa sumber daya audiovisual yang dimiliki empat lembaga yakni LIPI, LAPAN, BPPT, dan BATAN yang tergabung dalam BRIN, belum terintegrasi.

Pengintegrasian sumber daya audiovisual secara nasional diharapkan dapat menjadi modal pengembangan budaya riset. “Peran dan tanggung jawab yang diampu oleh pustakawan ini harus bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, baik di dalam maupun di luar instansi,” jelasnya.

Pustakawan Ahli Utama, Sekretariat Daerah Bali, Luh Putu Haryani, memaparkan orasi ilmiah dengan tema Peran Perpustakan dalam Pembinaan Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dengan Layanan Inklusi, Advokasi, dan Edukasi (Invokasi). Dia menjelaskan, layanan perpustakaan di lembaga pembinaan tidak hanya sebagai tempat peminjaman buku, tetapi juga membina anak dengan Invokasi. Baginya, anak adalah harapan bangsa di masa yang akan datang sehingga kehidupannya wajib diperhatikan dengan baik.

Baca juga : Dubes Iwan Bogananta Tinjau Tes Produksi Perdana Rendang Di Bulgaria

Pada penelitiannya, dia menemukan permasalahan Warga Binaan Anak (WBA) yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga masalah yaitu pendidikan, kepribadian dan psikologis, serta hiburan/rekreasi. “Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan program pembinaan yang komprehensif meliputi program pendidikan yang lebih luwes, bimbingan/advokasi kepribadian dan psikologi, serta program lain yang bersifat inklusi,” ungkapnya.

Dia menegaskan, Layanan Invokasi sangat cocok diimplementasikan sebagai layanan ekstensi yang diberikan khusus untuk WBA di LPKA.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando, dalam arahannya menuturkan, pustakawan dituntut untuk mendukung peningkatan kualitas serta harkat dan martabat kaum marginal. Saat ini, pustakawan harus mampu untuk meyakinkan seluruh pemangku kepentingan atas keberadaan perpustakaan dalam kehidupan masyarakat.

Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial yang digaungkan Perpusnas dinilai sangat berperan untuk mengubah hidup masyarakat menjadi lebih baik. Dia menegaskan, perpustakaan secara nyata berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui pembekalan kemampuan untuk masyarakat dalam membangun usaha kecil menengah.

Baca juga : Terobosan Ganjar Majukan Pendidikan Daerah

“Yang paling penting adalah bagaimana cara kita bisa mengubah bangsa kita menjadi bangsa yang besar dengan mengimplementasikan 70 persen transfer knowledge yang ada di perpustakaan kepada masyarakat,” jelasnya.

Pada hari pertama kegiatan orasi ilmiah, Kepala Perpusnas mengukuhkan lima Pustakawan Ahli Utama yakni Kamaludin dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Hartono dari Perpusnas, Luh Putu Haryani dari Sekretariat Daerah Bali, Supratomo dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Timur (Dispusip Jawa Timur), dan Mariana Ginting dari Perpusnas.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.