Dark/Light Mode

Hoax Kerap Jadi Alat Penipuan, Jangan Asal Cuan, Telusuri Faktanya

Sabtu, 20 Juli 2024 19:35 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Fenomena penyebaran informasi palsu atau hoax masih menjadi masalah serius di Indonesia.  Hal ini bahkan dapat merusak tatanan sosial, ekonomi hingga politik.

Ironisnya, motivasi pembuatan konten hoax seringkali didasari oleh faktor finansial atau hanya demi meraup keuntungan semata.

Konten yang kontroversial dianggap menarik perhatian banyak orang yang dapat menghasilkan pendapatan melalui iklan dan berbagai bentuk monetisasi lainnya.

Untuk menanggulangi fenomena maraknya penyebaran konten hoax hanya demi keuntungan semata, Kementerian Komunikasi dan Informasi mengadakan diskusi daring "Obral Obrol Literasi Digital" bertajuk "Jangan Asal Cuan, Telusuri Faktanya" pada Jumat (19/7/2024).

Dalam diskusi ini dibahas bahwa membuat konten tidak hanya untuk mencari keuntungan, tapi juga harus bermanfaat bagi masyarakat.

Selain itu para pembuat konten juga harus dapat mempertanggungjawabkan apa yang disebarluaskan ke masyarakat.

Baca juga : Boyong Keluarga ke Jakarta, Gibran Susun Agenda Blusukan

Menurut Presidium Mafindo, Puji F. Susanti, tipologi hoaks berubah-ubah dari tahun ke tahun.

Hal tersebut terjadi karena situasi sosial, politik, dan perekonomian masyarakat yang berubah-ubah.

"Dari tahun ke tahun tipologi hoaks itu berubah, mereka berkembang tergantung kondisi dan tren yang sedang dimintai masyarakat," ujarnya saat menjadi pembicara webinar yang diadakan Kominfo tersebut.

Dirinya menambahkan, tidak hanya menyesatkan secara intelektual, hoaks juga dapat menjadi media aksi tindak kejahatan di dunia digital.

Salah satu contohnya adalah banyak akun palsu yang memanfaatkan sosok orang lain yang sedang jadi tren di media sosial.

Lewat akun palsu tersebut, pelaku tindak kejahatan digital melancarkan aksinya.

Baca juga : Polda Metro Pastikan Penanganan Kasus Firli Jalan Terus

Misalnya, dia mencontohkan, ada orang terkena masalah dan viral di media sosial. Biasanya, banyak akun-akun palsu yang menyerupai namanya.

Kadang orangnya, si pembuat akun palsu, mengaku klarifikasi lewat konten medsos.

“Biasanya mereka menyertakan link dalam kontennya dengan dalih informasi lebih lengkap. Ternyata link tersebut adalah jebakan yang dapat merugikan netizen,” jelas Puji.

Pada kesempatan yang sama, Konten Kreator Ndan Masbon Usari mengungkapkan sebenarnya banyak cara untuk mendapatkan cuan tanpa memanfaatkan informasi palsu.

Asalkan, konsisten dan memiliki semangat juang yang tinggi dalam membuat konten, katanya, cuan pasti didapat.

"Karena yang dibutuhkan adalah konsistensi dalam membuat konten, sehingga kita harus nyaman dalam mengerjakannya serta menguasai isi kontennya," ujar Masbon.

Baca juga : Kopdaran Serahkan Bantuan Alat Sekolah Dan Makan Bergizi Gratis

Untuk itu, literasi digital penting dipahami oleh semua kalangan masyarakat.

Mulai dari penikmat konten hingga pembuat dan penyebar konten harus paham bagaimana cara hidup di dunia digital dengan benar.

Menurut data yang dihimpun Kominfo, dari tahun 2017 hingga 2024 terdapat 405 ribu laporan penipuan transaksi online. Sebanyak 13,1 persen penipuan terjadi di sektor e-commerce pada tahun 2023.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.