Pasokan Cukup, Harga Cabe Berangsur Normal

RM.id  Rakyat Merdeka - Bantuan pengembangan kawasan serta bantuan benih cabe dari Kementerian Pertanian (Kementan) yang sebagian besar tertanam pada akhir 2020, kini panen. Dengan demikian, volume pasokan ke pasar kembali stabil dan harga normal. 

Stabilnya harga cabe ini tidak terlepas dari pendampingan dan bimbingan pengembangan kawasan cabe dari Kementan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus menerus meminta jajarannya untuk menjaga stabilitas pasokan, agar harga yang diterima tidak merugikan petani dan tidak memberatkan konsumen.  

"Alhamdulillah, sekarang cabe sudah normal kembali. Di tingkat petani itu Rp 30 ribu/kg. Saya tegaskan bahwa naiknya harga cabe tempo hari karena belum memasuki masa panen di daerah sentra,” ujar Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto.

Dirinya merasa bahwa hikmah di balik meningkatnya harga si pedas ini, petani bisa melunasi utang yang ditanggung pada panen sebelumnya. Termasuk mampu membeli barang atau sesuatu yang diinginkan selama ini.

Baca juga : Faktor Cuaca, Harga Cabe Rawit Kerek Inflasi Maret

"Saya yakin tingginya harga cabe sangat disyukuri petani. Mereka bisa melunasi utangnya atas kerugian pada musim panen tahun lalu. Kita tahu cabe sempat jatuh harganya akibat cuaca ekstrem sekaligus efek kebijakan PSBB," jelasnya.

Dengan laba yang diperoleh, kata dia, secara tidak langsung menyemangati petani untuk terus bertanam. Termasuk menabung untuk jaga-jaga jika di musim panen yang akan datang harga tidak bersahabat karena hasil panen melimpah. 

Masyarakat dapat kembali tenang. Cabe rawit yang tadinya menyentuh harga Rp 100 ribu/kg di tingkat petani, kini kembali di angka Rp 30 ribu/kg. 

Meski turun, petani cukup berbahagia karena keuntungan selama meroketnya harga mampu menutupi kerugian pada musim panen sebelumnya. 

Bahkan viral, petani mampu memborong motor dan mobil ketika pedasnya harga sejak akhir Januari lalu.

Baca juga : Biasakan Anak Sikat Gigi, Duma Riris Nggak Perlu Ngomel

Anggota Kelompok Tani Sumber Rejeki Supeno juga mengakui, dirinya mengantongi Rp 170 juta dari hasil panen cabe rawit seluas 1 hektar. 

"Iya, sekarang banyak yang bisa nabung. Ada yang beli motor, sapi, emas, bahkan mobil dari hasil panen musim ini. Alhamdulillah utang teman-teman petani bisa terbayar. Kalau saya memperoleh Rp 170 juta dan bisa beli mobil,"  ujar Supeno, bangga. 

Petani bernama Saimin mengatakan, harga yang diperoleh sejak awal panen Januari sebesar Rp 50 ribu/kg lalu naik Rp 10 ribu/kg setiap minggunya. Puncaknya, harga Rp 100 ribu/kg lalu turun lagi sampai Rp 30 ribu per 1 April. 

"Prediksi saya, harga akan turun lagi karena daerah-daerah lain mulai panen," sambung Saimin.

Pertanaman cabe di Kabupaten Mojokerto terpusat di Kecamatan Dawar Blandong dan Jetis. Lahannya merupakan lahan tadah hujan yang hanya bisa ditanami cabe setahun sekali.

Baca juga : Lawan Hoaks, Rakyat Sehat, Ekonomi Bangkit Kembali

Pertanaman yang sedang dipanen saat ini merupakan pertanaman Oktober-Desember seluas 2.961 hektare. 

Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Wastuti Muryati saat diwawancarai mengungkapkan, tahun ini petani cabe di Mojokerto mendapatkan pendapatan yang luar biasa dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Meski harga saat ini sudah turun, namun petani sudah menikmati harga tinggi pada waktu puncak panen. 

“Persiapan Ramadan dan Idul Fitri nanti masih ada 823 hektare yang akan dipanen. Insya Allah sampai Lebaran harga stabil. Kediri, Gresik, Malang dan wilayah Jawa Tengah juga memasuki panen raya," pungkasnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.