Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Kenali 7 Bahaya Memanjakan Anak, Bisa Bikin Minim Empati
Senin, 27 Februari 2023 08:55 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pada dasarnya, memanjakan anak merupakan cara untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatian pada sang buah hati.
Child Psychologist, Self Growth & Parenting Coach Irma Gustiana mengatakan, dalam batas yang sehat dan wajar, memanjakan anak bukan hal yang salah. Bahkan, dapat membangun ikatan emosional positif antara orang tua dan anak.
Pola asuh memanjakan anak adalah jenis pola asuh dengan kondisi orang tua atau pengasuh cenderung memberikan segala keinginan dan kebutuhan anak, tanpa batasan atau konsekuensi yang jelas.
"Orang tua atau pengasuh yang memanjakan anak, seringkali terlalu terobsesi dengan kebahagiaan dan kenyamanan anak. Sehingga, mereka cenderung menghindari konflik dan ketidaknyamanan, serta memenuhi semua permintaan anak tanpa pertimbangan apa pun," papar Irma via Instagram.
Pendiri Klinik Ruang Tumbuh ini mengingatkan, memanjakan anak secara berlebihan dan tidak tepat, dapat membawa dampak negatif bagi perkembangan anak.
Berikut tujuh dampak negatif pada anak yang dimanjakan secara berlebihan:
1. Sulit Berinteraksi Dengan Orang Lain
Anak yang selalu dimanja dan diakui setiap keinginannya, mungkin akan kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Ketergantungan pada pengakuan orang lain dan keinginan mereka sendiri, dapat menyebabkan mereka kesulitan memahami dan merespons kebutuhan orang lain.
Baca juga : Kasus Penganiayaan Anak Tak Terkait Politik Identitas
"Ini akan menghambat kemampuan mereka untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat dan berhasil," ujar Irma.
2. Ketergantungan Pada Orang Lain
Pola asuh memanjakan anak, dapat membuat mereka menjadi ketergantungan pada orang lain.
Anak-anak yang terbiasa mendapatkan apa yang mereka inginkan dari orang tua atau pengasuh, dapat kesulitan untuk merespons kebutuhan mereka sendiri.
Mungkin, untuk memenuhi kebutuhannya, mereka akan terus bergantung pada orang lain. Bahkan, ketika mereka dewasa.
3. Kurang Kemampuan Berempati
Anak yang selalu dimanja, mungkin kesulitan memahami perasaan dan kebutuhan orang lain.
Mereka cenderung fokus pada diri dan keinginan mereka sendiri. Kurang terlatih dalam mengembangkan keterampilan empati.
Ini dapat membuat mereka sulit untuk berhubungan dengan orang lain, dan berkontribusi dalam situasi sosial.
Baca juga : Kuatkan Pondasi, Sahabat Ganjar Ajari Milenial Sumedang Kelola Sampah Inovatif
4. Kesulitan Menyelesaikan Konflik
Anak yang dimanja, mungkin tidak terlatih dalam menyelesaikan konflik. Karena mereka cenderung terbiasa mendapatkan apa yang diinginkan. Tanpa perlu bernegosiasi atau menyelesaikan masalah secara konstruktif.
"Ini dapat membuat mereka kurang terampil dalam menyelesaikan konflik. Sehingga, mereka cenderung menunjukkan perilaku agresif atau menarik diri dari konflik," urai Irma.
5. Perasaan Tidak Aman
Meskipun sering merasa nyaman dan diakui, anak yang dimanja mungkin saja merasa tidak aman. Karena mereka memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain, untuk memenuhi kebutuhannya.
Mereka merasa tidak aman, ketika harus berfungsi sendiri dalam situasi sosial. Ini dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional mereka.
6. Kesulitan Menghadapi Tantangan
Anak yang dimanja, umumnya tidak terlatih dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Karena mereka terbiasa mendapatkan apa yang mereka inginkan, tanpa perlu berusaha keras.
Ini dapat membuat mereka sulit untuk bertahan dan berhasil, dalam situasi yang menantang.
Baca juga : Remajakan Armada, Blue Bird Siapkan Kocek Rp 2 T
7. Kurangnya Kemandirian
Pola asuh memanjakan, dapat membuat anak kurang mandiri.
Anak-anak yang terbiasa memperoleh apa yang mereka inginkan dari orang tua atau pengasuh, mungkin tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari keterampilan dasar dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk menjadi mandiri.
Irma menyarankan para orang tua, agar memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak dengan batasan yang sehat dan wajar.
Dia bilang, anak perlu diajarkan untuk menghargai apa yang telah diberikan dan belajar menerima keterbatasan.
"Paling penting, anak harus diajarkan untuk menyelesaikan konflik secara sehat. Orang tua harus menjadi fasilitator dalam membantu anak menyelesaikan konflik. Karena ini akan membantu anak mengembangkan kemampuan sosial dan emosional yang baik. Serta membantunya tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berkontribusi positif pada masyarakat," pesannya. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya