Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bisa Jadi Sumber Penyebaran Virus

Pemprov DKI Perlu Sediakan Tempat Sampah Khusus Corona

Senin, 4 Mei 2020 04:42 WIB
Petugas Kecamatan Mampang, Jakarta mengangkut sampah menggunakan masker dan sarung tangan. Foto: Twittter: @bersih_mampang
Petugas Kecamatan Mampang, Jakarta mengangkut sampah menggunakan masker dan sarung tangan. Foto: Twittter: @bersih_mampang

RM.id  Rakyat Merdeka - Virus corona tak hanya bisa menyebar lewat pergerakan orang. Tapi juga via penyebaran sampah medis yang terkait Covid-19.

Untuk itu, pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta, segera mengambil langkah konkret terhadap sampah limbah medis Covid-19. 
     
Melimpahnya limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dikhawatirkan menjadi sumber penyakit baru. Khususnya bagi petugas kebersihan dan pemulung.
    
"Khususnya para petugas pengangkut sampah dan pemulung yang banyak tak dilengkapi baju khusus dalam situasi pandemi virus saat ini," kata Ketua Kawal Lingkungan (Kawali) DKI Jakarta, Mardian, dalam keterangannya kepada Rakyat Merdeka.
     
Menurut Mardian, berdasarkan Data Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyebutkan, selama pandemi, sampah masker dan sarung tangan sekali pakai mengalami peningkatan yang diangkut ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi. Terutama setelah ada imbauan wajib memakai masker dan sarung tangan. Yang biasanya hanya digunakan petugas kesehatan, kini banyak digunakan setiap orang dan bahkan juga dipakai karyawan bank BUMN dan lainnya. 
      
Dipaparkannya, ada sekitar 300 ribu petugas pengangkut sampah yang setiap harinya bersentuhan langsung dengan sampah di DKI Jakarta. Ditambah lagi sekitar  500 ribu pemulung yang  mencari sampah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. 
     
Petugas pengangkut sampah dan pemulung ini tidak pernah tahu sampah yang mereka angkut berbahaya ataupun tidak. Sebab, hingga saat ini, Pemprov DKI Jakarta belum juga menyediakan tempat sampah khusus (drop box) yang ditempatkan di ruang publik dan dibagikan untuk mereka yang Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan dirawat di rumah. 
     
"Petugas kebersihan dan pemulung sangat rentan tertular Covid-19. Sebab,  penyebaran virus corona tak hanya dari  pergerakan   orang, tapi juga pergerakan sampah," tandasnya.
    
Dia menyarankan Pemprov DKI Jakarta menggunakan kantong plastik ramah lingkungan yang mudah terurai secara alami dan ber-SNI ecolabel sebagai pengganti drop box untuk menampung sampah yang berpotensi terpapar virus.
      
"Kami siap membantu Pemprov DKI Jakarta membagikan kantong plastik ramah lingkungan alami jika dibutuhkan," paparnya.

Baca juga : Ringankan Wajib Pajak, Pemprov DKI Keluarkan 3 Kebijakan Insentif Pajak Daerah

                                 Potensial Sebarkan Virus
      
Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNas) Bagong Suyoto mengatakan, limbah medis Covid-19 jika tidak dikelola sesuai prosedur, tentu potensial menyebarkan virus. Apalagi saat ini banyak rumah sakit belum memiliki teknologi pengelolaan limbah medis B3 yang memadai.   
       
Banyak rumah sakit menggunakan jasa pihak ketiga, yang rawan kebocoran. Sampah medis yang harusnya diangkut ke lokasi pembakaran, malah dipilah-pilah dulu karena masih punya nilai ekonomis.
      

Menurut Bagong, persoalan bertambah kompleks karena limbah medis Covid-19 juga berasal dari rumah ODP  dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang karantina mandiri.  
    
"Masker, botol obat, dan tisu tercampur sampah rumah tangga biasa. Tak ada pemilahan, sehingga tak ketahuan," paparnya.
      
Sekjen Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia atau Indonesian Environmental Scientists Association (IESA), Lina Tri Mugi Astuti mengatakan, limbah medis seorang pasien positif  Covid-19 yang dirawat, setiap hari menghasilkan 14,3 kilogram (kg). 
    
Jika memakai angka pemodelan kasus Covid-19 di Indonesia dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dengan prediksi 600.000 orang dirawat intensif, maka akan terkumpul limbah B3  sebanyak 8.580 ton per hari. Perlu upaya cepat menangani hal ini dengan lokalisasi penanganan limbah medis infeksius. 
     
"Juga perlu sosialisasi masif penanganan limbah medis kepada masyarakat. Khususnya pada rumah yang memiliki ODP, untuk menangani limbah medis Covid-19," imbaunya.

Baca juga : Cegah Penyebaran Covid-19, Sinarmas MSIG Life Berikan Perlindungan Santunan Khusus


      
                                     Limbah B3 Meningkat
     
Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yogi Ikhwan, mengakui ada peningkatan limbah B3 fasilitas kesehatan. Tak hanya alat medis dan Alat Pelindung Diri (APD), sisa makanan pasien yang sedang diisolasi atau berstatus PDP pun juga dikategorikan B3. 
    
Pihaknya terus mengawasi limbah medis agar tak menjadi media penyebaran penyakit, apalagi tertular virus corona.  
     
"Kita lakukan juga sangat hati-hati, termasuk sisa makanan dari pasien yang isolasi kan berarti sudah PDP, itu diperlakukan jadi B3," ujar Yogi di Jakarta.
       
Dari catatan Dinas LH Jakarta, volume limbah medis harian rumah sakit rujukan penanganan pasien corona berkisar antara 100 sampai 2.500 kg per hari. Rinciannya, RSPI Sulianti Saroso per hari mampu menghasilkan limbah medis 150 kg, sementara RSUP Persahabatan tercatat menghasilkan limbah medis sebanyak 300 kg per hari. Sementara RSUP Fatmawati tercatat  menghasilkan limbah medis 466 kg per hari. Sedangkan RSPAD Gatot Subroto mampu menghasilkan limbah medis mencapai 1.100 kg per hari.
     
Untuk RSUP Cengkareng, limbah medis harian tercatat 603, RSUD Pasar Minggu sebanyak 425 kg, RSU Bhayangkara 355 kg, RS TNI AL Mintoharjo 100 kg, RS Pertamina Jaya 250 kg, dan RS Siloam Mampang hanya 30-40 kg per hari. 
     
Sementara RSU Darurat Corona Wisma Atlet menjadi penyumbang limbah medis terbesar. Setiap harinya  menghasilkan 1.000 hingga 2.500 kg sampah medis.
       
"Pemprov DKI bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kesehatan tengah menyiapkan penampungan untuk mengolah limbah medis," sebutnya.
     
Tak hanya itu, limbah rumah tangga juga ikut menyumbang golongan limbah B3. Pihaknya mencatat, limbah medis yang berasal dari rumah tangga berupa masker, sarung tangan, dan hazmat. Hingga pekan terakhir April, ada 131 kg limbah medis yang berasal dari rumah tangga di DKI Jakarta. 
      
Rinciannya, di Jakarta Pusat tercatat ada 6,7 kg, Jakarta Utara menyumbang 23,64 kg, Jakarta Barat 58,73 kg, Jakarta Selatan 9,134 kg, dan Jakarta Timur 33 kg limbah medis rumah tangga. 
     
"Ini jumlah sangat besar. Sebelumnya tak pernah sebesar sampah masker, sarung tangan dari rumah tangga. 131 kg itu jumlah banyak karena kan masker ringan," sebutnya.
     
Sebenarnya pemerintah  melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah mengeluarkan surat edaran pengelolaan limbah B3 untuk penanganan Covid-19. Yang diatur di dalamnya adalah limbah infeksius yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, rumah tangga dengan ODP  dan sampah rumah tangga serta sampah sejenis sampah rumah tangga.
     
Limbah infeksius akibat perawatan ODP adalah masker, sarung tangan, dan baju pelindung diri yang harus dikumpulkan dan dikemas menggunakan wadah tertutup khusus bertanda infeksius. 
    
Limbah medis harus diolah terlebih dahulu dengan memisahkan sampah ke dalam plastik. Sebelum masuk ke plastik, limbah medis disemprot atau dicuci disinfektan terlebih dahulu sebelum kemudian diangkut dan dimusnahkan di tempat pengelolaan limbah B3. [FAQ]


 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.