Dark/Light Mode

Agar Tetap Islam Wasathiyah

Mahfud Minta Muhammadiyah Jaga Masjid Sebagai Basis Dakwah

Kamis, 21 April 2022 18:47 WIB
Menko Polhukam Mahfud MD saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah, Kamis (21/4). (Foto: Istimewa)
Menko Polhukam Mahfud MD saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah, Kamis (21/4). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menegaskan, Muhammadiyah memiliki peran penting dan ikut berkontribusi bahkan sebelum negara Indonesia lahir.

"Mulai ide sampai mendirikan negara Indonesia merdeka, Muhammadiyah sudah ikut aktif membangun kesadaran masyarakat untuk membangun negara ini," papar Mahfud MD saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah, Kamis (21/4).

Mahfud MD juga mengajak Muhammadiyah dan ormas-ormas Islam lainnya serta semua elemen masyarakat memperkuat kesadaran moral. Menurut Mahfud, kesadaran kolektif untuk membangun bangsa ini sangat penting.

"Tujuan negara itu harus dikawal bersama. Muhammadiyah kan juga punya saham terhadap negara ini, mari ikut perbaiki, sadarkan rakyat agar saat pemilu tidak pakai transaksi uang," papar Mahfud sembari menjelaskan politik uang berdampak sistemik terhadap problem kebangsaan.

Baca juga : Puan Apresiasi BLT Minyak Goreng Sebagai Solusi Jangka Pendek

Dalam kesempatan ini, Mahfud meminta Muhammadiyah dan Ormas Islam lainnya tidak kehilangan masjid sebagai basis pergerakan dakwahnya oleh paham keagamaan yang tidak sejalan dengan nilai-nilai keagamaan yang dianut di Indonesia.

"Muhammdiyah dan NU juga jangan sampai kehilangan masjid dan tempat peribadatan yang sudah kita bangun dengan Wasathiyah Islam. Kalau dibangun dengan Salafi dan Wahabi, tidak cocok dengan kita," tegas Mahfud di hadapan tokoh Muhammadiyah seperti mantan Sekjen MUI KH Anwar Abbas dan para petinggi Muhammdiyah lainnya.

Menko Polhuiam berharap, Muhammadiyah terus memperkuat hasil ijtihad tokoh-tokoh Islam Indonesia yang telah mendirikan negara Pancasila sebagai darul ahdi was-syahadah.

"Sekarang penekanannya bukan pada al-ahdi-nya karena itu sudah jadi, kesepakatannya sudah terjadi, sudah dibuat di dalam konstitusi. Tapi sekarang syahadah-nya, mengisinya bersama berdasar kesepakatan dengan penuh kekompakan dan kebersatuan," tambah Mahfud.

Baca juga : Sandi: Kita Semua Harus Jadi Rojali, Jangan Jadi Rohali Atau Rihana

Oleh sebab itu, lanjut Mahfud, tujuan Muhammadiyah yang menjabarkan ibadah itu bukan hanya ibadah ritual, ibadah mahdhah, tapi juga masuk ke ibadah sosial yang ghairu mahdhah.

Pada kesempatan ini, Mahfud turut menyoroti maraknya budaya saling hujat. Menurut Mahfud, diantara bentuk-bentuk saling hujat itu muncul dalam bentuk berita-berita hoax. Kalimat dipotong atau dijahit sedemikian rupa.

"Seperti pidato saya di UGM, Mahfud MD: Mendirikan Negara Seperti Nabi Haram titik, kan salah. Orang baru baca judul, membaca potongan, lalu berkomentar tidak karuan," ujar Mahfud, menyikapi mudahnya orang terprovokasi.

Mahfud menjelaskan banyak perkataannya dipotong dan tidak dikutip secara utuh.

Baca juga : HNW Minta Kemensos Sebar Bansos Untuk Rakyat

"Nabi Muhammad itu adalah nabi terakhir, tidak boleh ada nabi setelah Nabi Muhammad, maka tidak boleh ada negara yang sama persis seperti nabi. Tetapi nilai-nilai bernegaranya seperti yang diajarkan nabi itu boleh. Nah bentuk negaranya itu harus produk ijtihad, seperti Indonesia," tegas Mahfud. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.