Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Masuk Pasar Sukawati, Iriana Sapa Warga Dan Borong Produk Lokal
- Nakes Nusantara Sehat Dievakuasi Pasca Konflik KKB Vs Aparat Di Papua Barat
- TEKAD Berkontribusi Besar Dalam Penurunan Kemiskinan Ekstrem Di Manggarai
- Potensi Ekonomi Digital Luar Biasa, Yuk Maksimalkan Penggunaan Medsos
- Menpora Jempolin Anak Muda Antusias Ikut Pekan Olahraga Tradisional
Dubes Djumala: Pancasila Hadir Dalam Keseharian Bangsa Indonesia
Minggu, 23 Oktober 2022 14:36 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Ideologi Pancasila sejatinya sudah mengakar dalam keseharian kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu contoh riilnya itu saling bergotong royong di tengah musibah.
Pandangan itu disampaikan oleh Darmansjah Djumala, Ketua Pusat Studi Pancasila (PSP) Universitas Pancasila dalam webinar 'Peningkatan Pemahaman Ideologi Bangsa Dalam Rangka Membangun Karakter Anak Bangsa yang Berjiwa Pancasila' yang digelar oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) DKI Jakarta, baru-baru ini.
"Ketika ada bencana, naluri sosial kemanusiaan kita itu saling membantu. Itu sebenarnya nilai Pancasila yang hidup di masyarakat," ujar Djumala.
Baca juga : Relawan Mak Ganjar Jatim Gelar Doa Bersama untuk Indonesia
Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri ini menjelaskan, nilai Pancasila sudah 'built-in and embedded' (menyatu dan tertanam) dalam jiwa manusia Indonesia. Hal itu terlihat dari solidaritas sosial saat datang bencana dan musibah. Juga terlihat dalam semangat gotong royong dalam kehidupan sosial.
"Nilai kemanusiaan di sila ke-2 dan gotong royong di sila ke-3 seperti itu perlu terus dikembangkan dalam praktik kehidupan sosial sehari-hari. Lalu dinarasikan ke publik agar menjadi kesadaran kolektif bangsa," terang Djumala yang berharap mahasiswa Universitas Pancasila menjadi pelopor aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kampus.
Eks Dubes Polandia dan Austria ini pun menggaris-bawahi ketangguhan Pancasila dalam menghadapi gejolak politik dunia. Dicontohkan, selama Perang Dingin (1947-1989) banyak negara bubar dan pecah, Indonesia tetap utuh. Ketika Tembok Berlin (1991) runtuh di akhir Perang Dingin, banyak negara di kawasan Eropa Timur, Baltik, Balkan dan Asia Tengah mengalami disintegrasi dan hancur akibat konflik etnik dan agama, tapi Indonesia tetap solid.
Baca juga : Sah, Nurhasan Jadi Ketua Profesor Olahraga Indonesia
Djumala menambahkan, saat tragedi 11 September 2001 di New York menimbulkan saling curiga antara Barat dan dunia Islam, Indonesia justru menjadi 'role model'. Sebagai negara mayoritas Muslim yang dapat mengadopsi demokrasi.
"Begitu juga ketika Arab Spring pada 2011. Banyak negara di Arab Timur Tengah bubar karena perang saudara, Indonesia tetap kokoh dalam negara kesatuan. Sejatinya itulah kesaktian Pancasila dalam dinamika politik global," jelasnya.
Selain Djumala, webinar juga dihadiri oleh Direktur Bidang Ideologi, Karakter dan Wasbang Kemendagri Drajad Wisnu Setyawan, motivator Hadi Suhandi Saja, serta ratusan mahasiswa. Diskusi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dini mahasiswa terhadap bahaya laten ideologi transnasional yang dapat menggoyahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya