Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

KSAL Baru Kudu Paham Geopolitik

Senin, 5 Desember 2022 07:50 WIB
Rektor Universitas Pertahanan Laksamana Madya Prof Amarulla Octavian. (Foto: Unhan)
Rektor Universitas Pertahanan Laksamana Madya Prof Amarulla Octavian. (Foto: Unhan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Panglima TNI yang baru, Laksamana Yudo Margono, segera disahkan dalam Rapat Paripurna DPR, untuk selanjutnya dilantik Presiden Jokowi. Publik kini menunggu-nunggu, siapa yang akan menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), yang akan menduduki kursi kosong yang ditinggal Yudo.

Peneliti militer dan intelijen Ridlwan Habib menyatakan, ada tiga syarat utama yang harus dimiliki KSAL baru. Pertama, calon KSAL haruslah figur yang paham tentang dinamika geopolitik di kawasan sekitar Indonesia.

“Indonesia perlu KSAL yang cerdas, yang mengikuti situasi Laut China Selatan, paham di­namika ancaman perairan sekitar kita,” ujar Ridlwan, di Jakarta, kemarin.

Baca juga : KSAL Baru Perlu Paham Geopolitik Kawasan

Kedua, KSAL yang baru juga mesti menguasai dan paham peta persenjataan maritim terbaru. Termasuk mengetahui secara de­tail perlombaan senjata di antara negara-negara besar, terutama sekitar Indonesia. “KSAL yang cerdas sangat dibutuhkan agar maritim kita semakin aman dan berwibawa di mata negara lain,” ujar alumni S2 Kajian Intelijen Universitas Indonesia tersebut.

Ketiga, memiliki kemam­puan bahasa asing dan keahlian diplomasi internasional. Kata Ridlwan, KSAL baru nanti akan menjadi duta utama diplomasi laut dalam pergaulan interna­sional. “Karena itu, pemahaman bahasa asing wajib, lebih utama lagi jika memahami bahasa se­lain Inggris,” ujarnya.

Tiga syarat utama itu, menurut Ridlwan, ada di figur Rektor Universitas Pertahanan Laksamana Madya Prof Amarulla Octavian. “Secara kepangkatan juga masuk karena beliau bin­tang tiga,” ujarnya

Baca juga : KOMRAD Pancasila: Penerus Jokowi Harus Kuasai Geopolitik Global

Prof Octavian lanjut Ridlwan bisa membawa perubahan baik, terutama dalam pengembangan kurikulum pendidikan TNI Angkatan Laut. “Ini juga sejalan dengan visi Panglima baru Laksamana Yudo yakni perbaikan kualitas SDM prajurit TNI, termasuk kualitas SDM angkatan laut,” tutupnya.

Saat ini, banyak persoalan kemaritiman yang harus dijawab KSAL yang baru. Presiden Jokowi sudah mencanangkan Poros Maritim Dunia. Maka KSAL sudah barang tentu harus paham geopolitik maritim.

Beberapa waktu yang lalu, Australia secara sepihak mengklaim Pulau Pasir sebagai wilayahnya. Ini persoalan geopolitik maritim. Bahkan, di Laut Natuna Utara, Indonesia meskipun berstatus netral, tapi jelas berhadapan dengan kekuatan China. Kapal-kapal ikan Vietnam sudah seringkali me­langgar perbatasan ZEE Indonesia. Semuanya jelas persoalan geopolitik maritim.

Baca juga : Sultan Ngarep Bakal Capres Punya Komitmen Pembaharuan Sistem Politik

Dari sekian pilihan yang ada, Amarulla Octavian dikenal memiliki kemampuan geopoli­tik maritim. Bahkan, pendidi­kan masternya di Prancis juga tentang geostrategi dan geo­politik. Kemampuannya berba­hasa Inggris dan pengetahuan­nya tentang geopolitik maritim merupakan modal dasar untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dirasakan saat ini.

Tidak hanya bersekolah di Prancis, ia juga menempuh pendidikan di Amerika Serikat, Belanda, dan Australia. Kemampuannya berdiplomasi juga tampak dari penampilan sebagai keynote speaker atau invited speaker di konferensi-konferensi internasional, dan banyak forum ilmiah lainnya. Selain menjadi pembicara, Amarulla Octavian juga mengajar mata kuliah geo­politik maritim di Universitas Pertahanan (Unhan).

Dari tahun ke tahun, sebagai seorang profesor, ia juga banyak membimbing tesis mahasiswa S2 dan disertasi mahasiswa S3 yang meneliti tentang geopolitik maritim. Dia juga sudah menu­lis 2 buku tentang geopolitik maritim mendapat apresiasi banyak akademisi, yang berjudul “Indonesian Navy, Global Maritime Fulcrum and ASEAN” dan “Indonesian Maritime Geopolitics in The Indo-Pacific Region”. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.