Dark/Light Mode

Atasi Perbedaan Waktu Idul Fitri, Denny JA Usul Ini

Minggu, 23 April 2023 12:30 WIB
Pendiri Lingkar Survei Indonesia (LSI), Denny JA. (Foto: Ist)
Pendiri Lingkar Survei Indonesia (LSI), Denny JA. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pendiri Lingkar Survei Indonesia (LSI), Denny JA ikut menyoroti terjadinya perbedaan waktu perayaan Idul Fitri tahun ini antara pemerintah dan sejumlah ormas keagamaan, salah satunya Muhammadiyah. Agar hal tersebut tidak terjadi lagi, dia mengusulkan dibuat kalender global hijriah yang berlaku secara internasional. 

Dengan begitu, seluruh umat muslim di dunia memiliki kalender global hijriah yang sama. Menurut Denny, jika ada kalender global Islam, maka umat muslim di seluruh dunia akan mengetahui kapan waktunya Idul Fitri berbulan-bulan sebelumnya.

Misalnya, Idul Fitri jatuh pada hari Rabu di 3 Mei, maka umat Muslim di Indonesia akan merayakannya serentak pada tanggal tersebut. Hal yang sama juga berlaku bagi umat Muslim di Arab Saudi yang akan melaksanakannya pada Rabu di 3 Mei. 

“Sehingga, umat muslim di seluruh dunia akan bersama-sama merayakan hari kemenangan, bertakbir bersama, silaturahmi, saling kunjung, pada momen hari dan tanggal yang sama,” kata Denny JA di Jakarta, Minggu (23/4).

Denny JA berpandangan, setiap kali menyaksikan perayaan Idul Fitri di Indonesia dalam dua versi dan dalam dua hari yang berbeda, ada perasaan campur aduk di dalamnya. Di satu sisi, ada rasa bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan melaksanakan hari raya. Namun, di sisi lain, ada rasa keprihatinan dengan perbedaan itu.

Baca juga : Pesan Lengkap Idul Fitri Presiden Amerika Serikat Joe Biden

Dia berpendapat, di era manusia yang telah berhasil menciptakan kecerdasan buatan (artificial intelligence), dunia Islam yang sudah berusia lebih 1.500 tahun, ternyata belum mampu menciptakan sistem kalender global bersama agar bisa merayakan Idul Fitri pada tanggal dan hari yang sama.

Denny menjelaskan, secara keilmuan, di era saat ini sangat mudah membuat kalender bersama secara global bagi seluruh umat Islam di muka bumi. Dengan kecanggihan teknologi yang ada, sangat mudah untuk mengetahui kapan hilal di bumi muncul sebagai syarat datangnya 1 syawal, hari raya Idul Fitri.

Fakta yang ada saat ini, jadwal salat di seluruh dunia bisa dan sudah disusun dengan mudah. Kapan jadwal salat di Arab Saudi, China, dan Indonesia bisa ditentukan hingga ke satuan angka jam, menit, dan detik, bahkan untuk satu bulan ke depan. Lewat jadwal salat itu, kawasan muslim bisa bersepakat menyelenggarakan ibadah wajib itu di hari yang sama.

Denny menambahkan, ilmu pengetahuan saat ini bahkan bisa memprediksi akan terjadi gerhana matahari pada 50 tahun mendatang. Ilmu pengetahuan kini bisa menghitungnya dengan presisi yang tinggi. Bahkan, dapat mengetahui di daerah mana gerhana matahari 50 tahun mendatang bisa dilihat.

“Cukup kita ketik saja di Google. Kurang dari satu menit, Google memberitahu bahwa gerhana total matahari di 2073, 50 tahun dari sekarang, akan terjadi di 21-22 Februari. Lengkap pula dituliskan di negara mana total gerhana matahari itu bisa dilihat,” ungkapnya.

Baca juga : Waspada, Obesitas Pasca Idul Fitri

Belum adanya kalender global hijriah, menurutnya, bukan karena ilmu pengetahun, namun pada pilihan interpretasi aturan, ego nasionalisme, maupun ego organisasi kemasyarakatan. Denny pun mengutip salah satu hadits Nabi yang menyebut soal hilal untuk menentukan awal waktu dan akhir berpuasa. "Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang, maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari”.

Yang jadi masalah, kata Denny, bagaimana cara melihat hilal, apakah dengan mata telanjang atau bisa dibantu teknologi canggih seperti teleskop dan satelit. Padahal, hadirnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini bisa digunakan untuk menghitung gerak benda alam raya hingga 50 tahun ke depan.

Mengutip pendapat Prof. Syamsul Anwar dari Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Denny menyebut tentang penerapan imkan rukyat, yaitu keterlihatan atau kemungkinan terlihat hilal di suatu tempat di muka bumi untuk diberlakukan ke seluruh dunia.

“Bisakah bumi secara keseluruhan dilihat sebagai satu kesatuan matlak (zona waktu saja)? Sehingga, apabila di suatu tempat di mana pun di muka bumi telah terjadi imkan rukyat, sudah terlihat hilal, maka itu dipandang berlaku bagi seluruh kawasan muka bumi?” ujarnya.

Upaya merumuskan kalender global bersama umat Islam sendiri sudah diserukan sejak puluhan tahun lalu. Pada 1958, seorang ahli hadis asal Mesir bernama Ahmad Muhammad Syäkir sudah menyatakannya. Menurut Syakir, memiliki kalender global bersama bagi umat Islam di seluruh dunia adalah keharusan. Bukan saja kalender itu berguna secara sosial, tapi juga memiliki implikasi hukum Islam sendiri. 

Baca juga : Cek Di Sini, Tempat Shalat Idul Fitri 21 April Se-Jakarta

Kalender itu bisa menentukan secara global agar awal dan akhir Ramadhan di seluruh dunia jatuh di tanggal dan hari yang sama. Tidak seperti sekarang di mana hari Idul Fitri jatuh di hari yang berbeda.

Denny menambahkan, berbagai pertemuan internasional sudah dilakukan untuk menyusun kalender global hijriah umat Islam, di antaranya pada 2016, di mana Badan Urusan Agama Republik Turki menyelenggarakan Seminar Internasional Penyatuan Kalender Hijriyah.

“Sudah ada pertemuan di tingkat menteri negara yang mayoritasnya muslim dalam rangka kalender global bersama. Juga pertemuan ahli falak dunia muslim beberapa kali dibuat untuk keperluan tersebut,” ungkapnya.

Denny menegaskan, terciptanya kalender global hijriah akan menjadi perkembangan penting dunia Muslim yang sudah 15 abad berdiri. Untuk itu, kini adalah saatnya umat Muslim memiliki kalender hijriah global yang sama.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.