Dark/Light Mode

Tudingan Monopoli Bisnis Lapas Jeera Foundation, GMNI: Rawan Hoax Di Tahun Politik

Jumat, 5 Mei 2023 18:41 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino mengomentari adanya isu miring yang menyebutkan adanya monopoli bisnis di Lapas yang dilakukan oleh seorang anak menteri.

Dugaan ini muncul pasca aktor Tio Pakusadewo menyampaikan adanya bisnis yang monopoli dalam penjara melalui potongan video di YouTube.

Kemudian, pernyataan Tio tersebut ditimpali oleh akun Twitter @PartaiSocmed yang menegaskan bahwa perusahaan yang dimaksud adalah Jeera Foundation.

Menurut Arjuna, untuk menunjuk adanya monopoli perlu ada bukti yang kuat, tidak bisa asal bicara. Hal ini harus disertai pembuktian adanya konsentrasi pasar yang tinggi (penguasaan pasar) dan tingginya hambatan masuk pasar.

Hingga, homogenitas produk/layanan yang menunjukkan apakah struktur pasar memungkinkan untuk pembentukan suatu kartel atau tidak. Semua ini harus memenuhi syarat.

Baca juga : Penangkapan Bupati Meranti, OTT Pertama KPK Di Tahun 2023

"Sebuah usaha atau bisnis bisa disebut monopoli ada syaratnya, harus disertai pembuktian baik secara structural evidence (bukti struktural) maupun conduct evidence (bukti perilaku). Jadi tidak bisa asal nuduh," ungkap Arjuna.

Arjuna menyebutkan, bisnis di wilayah Lapas seperti katering, koperasi dan pelatihan keterampilan sudah banyak yayasan yang sejak lama bergerak di bisnis tersebut.

Bukan hanya Jeera Foundation. Jadi menurut Arjuna, kondisi tersebut tak bisa disebut sebagai monopoli. Untuk itu, publik perlu berhati-hati karena tuduhan tersebut sangat tendensius.

"Sudah banyak bisnis yang bergerak di Lapas, mulai dari katering, koperasi hingga pelatihan. Artinya pasarnya heterogen tidak bisa disebut monopoli. Kecuali hanya ada satu perusahaan beserta afiliasinya yang menghegemoni pasar tersebut. Ini heterogen. Tuduhan monopoli tendensius dan berbau politik," tambah Arjuna. 

Arjuna mengingatkan masyarakat agar ttidak mudah termakan hoax dan tuduhan yang bersifat personal. Tanpa berdasar bukti yang jelas, isu tersebut berpotensi mendiskreditkan seseorang.

Baca juga : Gandeng Kitong Bisa Foundation, Surveyor Indonesia Bantu Atasi Gizi Buruk Di Papua  

Apalagi menurut Arjuna saat ini Indonesia sedang memasuki tahun politik. Kabar hoax seringkali digunakan untuk menjatuhkan lawan politik.

“Kalau tuduhannya monopoli silakan dibuktikan. Kan ada syaratnya. Misalnya menguasai lebih dari 50 persen pangsa pasar. Jangan kita bermain hoax, bikin fitnah. Masyarakat harus jeli di tahun politik ini. Harus memverifikasi kebenaran kabar di media sosial," tutup Arjuna.

Sebelumnya Pimpinan Jeera Foundation Raden Gusti membantah kabar miring tersebut.

"Tidak ada monopoli bisnis yang dilakukan," tegasnya.

Dikatakannya, tujuan awal Yayasan Jeera ini dibentuk adalah untuk membina para narapidana supaya mereka itu bisa mengembangkan diri, skill, jati diri dan kemampuan setelah mereka bebas.

Baca juga : Ekonomi Indonesia Tetap Kuat Di Tahun Politik

"Saat itu Yamitema (Founder Yayasan Jeera) diundang salah organisasi kepemudaan yang bicara soal rencana melakukan pembinaan warga binaan, beliau merasa tergerak dengan semangat napi yang ingin hidup lebih baik setelah keluar nanti, tapi mereka tak punya skill sehingga bersepakat membentuk Yayasan Jeera," terang Raden.

Pimpinan Jeera Foundation ini mengatakan, sejak dibentuk tahun 2016 lalu, ada sekitar 500 warga binaan yang diberikan pelatihan di bidang keterampilan tas kulit, barista kopi, seni musik,barber, seni lukis, sampai membuat roti.

Jeera juga membina kerjasama dengan UNODC dan Parsons School of Design New York untuk mengembangkan desain kerajinan kulit bagi para napi. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.