Dark/Light Mode

Atasi Pemanasan Global, Investasi Energi Bersih Harus Dibuka Lebar

Jumat, 6 Oktober 2023 20:35 WIB
Seminar Pendanaan Berkelanjutan Untuk Transisi Energi. (Foto: Ist)
Seminar Pendanaan Berkelanjutan Untuk Transisi Energi. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar Lingkungan Universitas Indonesia (UI), Mahawan Karuniasa menyoroti tingginya temperatur suhu bulan September 2023 yang mencapai 1,75° Celsius. Suhu tersebut telah mencapai 1,75° Celsius, menembus batas aman Paris Agreement yaitu 1,5° Celsius.

Data tersebut dilansir Mahawan dari Badan Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) berdasarkan catatan dari EU’s Copernicus Climate Change Service (C3S). 

“Meskipun rata-rata Januari-September 2023 suhu tercatat 1,4° Celsius di atas level dasar, yaitu temperatur dimasa Revolusi Industri, perkembangan ini mengagetkan dan perlu disikapi dengan sangat serius,” ujarnya. 

Baca juga : Relawan Ganjar Sejati Alirkan Air Bersih Ke 25 KK Yang Kekeringan Di Sukabumi

Mahawan menyampaikan hal tersebut dalam Seminar Pendanaan Berkelanjutan Untuk Transisi Energi di Kampus UI Salemba, Jumat (6/10). Seminar diselenggarakan oleh Environment Institute (ENVIRO) bekerjasama dengan Sekolah Ilmu Lingkungan UI, Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia Network) dan Ikatan Alumni Sekolah Ilmu Lingkungan UI (ILUNI SIL UI).

Seperti diketahui, emisi nasional Indonesia mengalami peningkatan pada 2021 setelah menurun drastis pada 2020 akibat pandemi Covid-19 dan terjadinya La Nina pada tahun tersebut. Pada 2021, emisi total Indonesia mencapai 1,14 Gigaton CO2e dengan emisi sektor AFOLU masih bertambah 21 Megaton CO2e menjadi 891 Megaton CO2e. 

Dengan adanya El Nino pada 2023 ini dikhawatirkan emisi sektor AFOLU akan mengalami peningkatan jika tidak diimbangi dengan penanaman dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang memadai.

Baca juga : Menperin Ajak Jepang Tambah Investasi Di Industri Farmasi Dan Alkes

Menurut Mahawan, emisi dari sektor energi juga terus meningkat menjadi 596 Megaton CO2e pada 2021, perlu perhatian pada sumber emisi sektor energi yang akan terus bertambah dan mencapai 58 persen pada kondisi Business as Usual di 2030.

Menurutnya, hasil laporan Global Stock Take UNFCCC tahun 2023, menguak bahwa emisi global yang didominasi dari bahan bakar fosil tidak sejalan dengan target 1,5° Celsius Paris Agreement. 

“Sangat berpotensi pemanasan global menembus 1,5° Celsius secara permanen, oleh karena itu percepatan transisi energi dengan membuka lebar-lebar keran investasi energi bersih sangat dibutuhkan,” ujar CEO Environment Institute ini.

Baca juga : JK Yakin Anies Bisa Bertarung Di Pilpres

Hadir dalam kesempatan tersebut, Anggota DPR Ratna Djuwita yang menyampaikan strategi penarikan investor ke energi baru terbarukan mendorong kapasitas Pembangkit Listrik berbasis energi baru terbarukan (PLT EBT). Narasumber lainnya Direktur Utama Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup Joko Tri Haryanto, dan perwakilan Universitas Indonesia Tri Arko sepakat pentingnya pendanaan dalam transisi menuju energi bersih di Indonesia serta mengajak semua pihak untuk mendukung pengembangan investasi energi bersih di Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.