Dark/Light Mode

Museum Harus Jadi Ruang Literasi Dan Budaya

Rabu, 31 Juli 2024 20:35 WIB
Muhammad Muhibbuddin, penulis dan penerjemah alumni Filsafat UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Foto: Istimewa
Muhammad Muhibbuddin, penulis dan penerjemah alumni Filsafat UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah kini tengah melakukan revitalisasi museum sebagai media edukasi inklusif masyarakat. Saat peluncuran Indonesian Heritage Agency (IHA) di Meseum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Kamis (16/5/2024), Mendikbudristek, Nadiem Makarim menyatakan, sudah saatnya museum dan cagar budaya di Indonesia bertransformasi jadi ruang belajar yang inklusif sesuai dengan gerakan Merdeka Belajar.

Program Pemerintah ini merupakan langkah positif yang perlu diapresiasi. Sebab ini sebuah terobosan untuk memaksimalkan fungsi dan keberadaan museum.

Selama ini, museum hanya menjadi destinasi wisata. Itu pun kurang menggembirakan. Sebab hanya sebagian kecil masyarakat yang menjadikan museum sebagai tujuan utama berwisata. Museum sampai sekarang menjadi tempat wisata yang sunyi dan senyap.

Bahkan keberadaan museum seolah hanya menjadi kompleks “pemakaman” atau “kuburan” benda-benda dan artefak-artefak masa lampau yang sudah “mati” alias tidak berfungsi.

Baca juga : Kenali Hoaks Di Pilkada, Diskominfo Jatim Gelar Literasi Demokrasi Digital

Karena itu, langkah Pemerintah untuk menjadikan museum sebagai ruang belajar terbuka dinilainya akan melahirkan sejumlah manfaat. Di antaranya museum bisa menjadi wahana untuk membangun literasi budaya.

Ruang Literasi Budaya

Salah satu aspek edukatif yang bisa ditawarkan museum kepada masyarakat adalah literasi budaya. Mengutip Lähdesmäki, et.al (2022:5), literasi budaya sejatinya praktik sosial yang bersifat dialogis dan didasarkan pada pembelajaran dan penyerapan pengetahuan melalui interaksi yang empatik, toleran, dan inklusif.

Singkatnya, literasi budaya adalah proses menggumuli, mengkreasikan dan mengekspresikan secara bersama-sama identitas dan nilai-nilai budaya (Maine et.al, 2019).

Baca juga : Kerja Sama Jadi Kunci Suksesnya Gerakan Indonesia Membaca

Program literasi budaya ini, terutama terkait kehidupan berbangsa dan bernegara, sangatlah vital. Suatu bangsa bisa besar dan kokoh jika nilai-nilai budayanya mengakar kuat (deep-rooted) dalam alam kesadaran dan kehidupan masyarakat.

Bangsa yang tidak mempunyai komitemen terhadap budaya sendiri akan menjadi bangsa yang tuna kepribadian, dan bangsa yang tidak mempunyai kepribadian sama saja bangsa yang tidak mempunyai martabat di hadapan bangsa-bangsa lain di dunia.

Karena itu, kebudayaan memiliki peran dan fungsi sentral dan fundamental sebagai landasan utama dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai sistem nilai, norma dan kearifan yang dirawat dan dihidupi bersama secara turun temurun dari generasi ke generasi oleh suatu masyarakat dalam ikatan kebangsaan, kebudayaan merupakan pembentuk karakter sekaligus sebagai identitas kolektif suatu bangsa.

Baca juga : Kasus Dugaan Korupsi, KPK Panggil Wali Kota Semarang Dan Suaminya

Dari sinilah budaya merupakan aset penting bagi sebuah bangsa yang harus dirawat, dilestarikan dan dikembangkan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.