Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Diduga Bekas Penanganan Covid-19

Media Asing Soroti Limbah Medis Masuk Sungai Cisadane

Selasa, 1 September 2020 17:31 WIB
Gunung Sampah tampak di kejauhan di TPA Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan, yang persis berada di tepi Sungai Cisadane. [Foto: Nadya untuk RMco.id]
Gunung Sampah tampak di kejauhan di TPA Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan, yang persis berada di tepi Sungai Cisadane. [Foto: Nadya untuk RMco.id]

RM.id  Rakyat Merdeka - Ditemukan banyaknya limbah medis di aliran Sungai Cisadane kawasan Tangerang Selatan (Tangsel) dan Tangerang, jadi sorotan media asing, Reuters. Dikhawatirkan, limbah medis itu adalah bekas penanganan wabah Covid-19 yang berpotensi menularkan penyakit.

Kantor berita yang bermarkas di London, Inggris ini menurunkan laporannya pada Selasa (1/9/2020) dengan judul “In Indonesia, coronavirus floods Cisadane River with extra hazard: medical waste”.

Padahal, hingga saat ini, masih banyak warga yang memanfaatkan aliran sungai ini untuk mandi dan mencuci pakaian. Diduga, limbah medis ini terbawa arus ke Sungai Cisadane dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan.

Mei lalu, dinding TPA yang persis berada di tepi Sungai Cisadane ini longsor. Akibatnya, berton-ton sampah pun ikut longsor ke sungai.

Baca juga : Bekas Menhan dan Seskab Bersaing Jabat PM Jepang

“Terus terang saya khawatir. Tapi saya harus mandi di sini. Semoga ngga apa-apa. Meski saya tahu itu (virus Corona) mematikan," kata Eka Purwanti (36 tahun) warga setempat kepada kantor berita Reuters.

Sejak longsornya TPA Cipeucang Mei lalu, Ade Yunus, pendiri Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksasuci) bersama para relawannya aktif membersihkan aliran sungai ini. “Kami pertama kali menemukan sampah medis setelah longsor. Awalnya, kami menemukan sekitar 50-60 buah setiap hari,” katanya, sambil membungkuk untuk mengambil jarum suntik dan menyimpannya di kotak khusus.

Yang jelas, ujar Ade, para relawan Banksasuci menemukan limbah medis berbahaya atau Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Sungai Cisadane Kota Tangerang saat sedang dibersihkan. Dia menduga, limbah medis itu diduga merupakan limbah yang dipergunakan untuk menangani COVID-19. “Namanya juga dari rumah sakit. Kalau dia masih dekil, berarti dari TPA Cipeucang. Tapi kalau yang terbaru, berarti dari RS,” katanya.

Limbah yang banyak ditemukan itu, beber Direktur Banksasuci ini, meliputi jarum suntik, botol infus, masker medis, dan lainnya. Limbah jenis ini termasuk yang tak bisa didaur ulang, sehingga harus dimusnahkan di incinerator atau semacam tungku pembakaran limbah padat.

Baca juga : Warga Kota Bekasi Diminta Semangat Benahi Kampung Agar Lebih Layak Huni

Tak hanya itu, jenis sampah yang dibuang ke sungai juga ada kursi sofa, lemari baju, kondom, kantong plastik, bangkai, dan popok bayi. Untuk yang terakhir, diakui Ade, sulit dihancurkan karena menyerap air.

Saat dikonfirmasi, Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, dr. Imran Agus Nurali menyatakan, secara nasional, dari Maret hingga Juni saja, ada sekitar 1.480 ton limbah medis COVID-19.

Sebagian besar fasilitas kesehatan di Indonesia, termasuk rumah sakit, saat ini menurutnya mengandalkan pihak ketiga untuk memusnahkan limbahnya. “Peraturan baru baru saja disahkan. Mencakup pedoman seputar pengolahan limbah medis di setiap fasilitas kesehatan,” katanya.

Ditemukannya limbah medis di sungai ini menimbulkan kekhawatiran kalangan ahli kesehatan masyarakat. Karena limbah medis dapat menyebarkan penyakit, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sungai.

Baca juga : KSAD: Seluruh Pasien Covid-19 di Secapa AD Kini Sudah Sembuh

“Jika limbah medis ini tersebar di pemukiman warga dekat sungai, itu berpotensi mencemari air yang digunakan masyarakat di sana. Hal tersebut berpotensi mengakibatkan penularan COVID-19,” kata ahli epidemiologi yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (DPP MHKI), dr. Mahesa Paranadipa Maikel,M.H. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.