Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kesaksian Buya Hamka

Bung Hatta, Inisiator Pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta

Selasa, 22 September 2020 22:24 WIB
Salah satu Dwi Tunggal Proklamator, mantan Wakil Presiden RI, Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta. [Foto: http://www.wapresri.go.id/unggah/2015/09/DDI_5959.jpg
Salah satu Dwi Tunggal Proklamator, mantan Wakil Presiden RI, Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta. [Foto: http://www.wapresri.go.id/unggah/2015/09/DDI_5959.jpg

RM.id  Rakyat Merdeka - Siapa yang tak mengenal nama besar Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) –seorang ulama, politisi Masyumi, penggerak Muhammadiyah, dan seorang pujangga sastra terkemuka.

Laki-laki kelahiran Sungai Batang Maninjau pada 17 Februari 1908 itu memang awalnya dibayangi nama besar ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah, atau akrab disapa HAKA, Inyiak De eR, ataupun Haji Rasul. HAMKA remaja sering melakukan perjalanan jauh sendirian. Ia meninggalkan pendidikannya di Sumatra Thawalib Padang Panjang, menempuh perjalanan ke Jawa dalam usia 16 tahun. Setelah setahun melewatkan perantauannya, HAMKA kembali ke Padang Panjang membesarkan Muhammadiyah.

Baca juga : Komisi IV DPR Dukung Pengembangan Kawasan Bawang Putih Di Jawa Barat

Pengalamannya ditolak sebagai guru di sekolah milik Muhammadiyah karena tak memiliki diploma dan kritik atas kemampuannya berbahasa Arab melecut keinginan HAMKA pergi ke Mekah. Dengan bahasa Arab yang dipelajarinya, HAMKA mendalami sejarah Islam dan sastra secara otodidak.

Kembali ke Tanah Air, HAMKA merintis karier sebagai wartawan sambil bekerja sebagai guru agama di Deli. Dalam pertemuan memenuhi kerinduan ayahnya, Hamka mengukuhkan tekadnya untuk meneruskan cita-cita ayahnya dan dirinya sebagai ulama dan sastrawan. Kembali ke Medan pada 1936 setelah pernikahannya, ia menerbitkan majalah Pedoman Masyarakat.

Baca juga : Mendes Pede Desa Bakal Jadi Role Model Pembangunan Internasional

Dalam catatan kecilnya, HAMKA menarasikan sosok Hatta yang dikaguminya. Ia masih ingat, sanggahan Hatta dalam majalah Adil pada Februari 1929 terhadap tulisan seorang penulis asal Medan. Tulisan itu melirik Hatta selama pengasingan di Banda Neira. Si penulis hendak menyamaratakan peran dan sosok antara Hatta dan Bung Karno.

Si penulis tidak mempelajari terlebih dulu, perbedaan karakter Bung Karno dan Hatta. Hatta menulis dalam sanggahannya,”...ia membandingkan lebih dulu keuntungan yang bisa didapatnya, dengan pengetahuan dan ilmunya sebagai pangkat tinggi, kesenangan hidup, dan pensiun besar, dengan kesukaran yang bakal dideritanya kalau masuk pergerakan, sebagai hidup melarat, bui, dan pembuangannya.”
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.