Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Dengan Lampu Garam, Tempat Pengungsian Di Mamuju Jadi Terang

Sabtu, 16 Januari 2021 13:04 WIB
Kepala BNPB, Doni Monardo meninjau korban gempa di Sulawesi Barat. (Foto: ist)
Kepala BNPB, Doni Monardo meninjau korban gempa di Sulawesi Barat. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Gempa bumi menggunjang Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (14/1) dini hari mengakibatkan kerusakan parah. Rumah dan gedung banyak yang hancur. Aliran listrik juga putus. Kondisi Mamuju pun semalam gelap gulita. 

Kehadiran Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Doni Monardo ke lokasi musibah, membawa secercah cahaya terang. Eks Danjen Kopassus itu membagikan 100 unit lampu air garam. 

Lampu-lampu tersebut berhasil menerangi lokasi pengungsian di sekitar rumah dinas Gubernur Sulawesi Barat. “Lampu-lampu itu ikut terbang bersama pesawat Hercules TNI AU, Jumat (15/1) siang,” ujar Tenaga Ahli BNPB, Egy Massadiah, Sabtu (16/1).

Menurut dia, lampu-lampu ini benar-benar terobosan. Ide brilian anak bangsa langsung digunakan Doni karena sangat cocok untuk daerah yang tertimpa bencana seperti di Mamuju ini.

Egy mengatakan, penemu lampu garam ini adalah Muhammad Sarwani. Pria kelahiran Purworejo tahun 1987 itu sudah sejak tahun 2012 menggeluti hal-ihwal reduksi oksidasi (redoks). Padahal, dia jebolan Fakultas Teknik Mesin, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Berkat ketekunannya mengutak-atik energi alternatif dari air garam itu, kini ia sudah berhasil menggapai mimpinya. Menghadirkan cahaya di lokasi bencana. Menghadirkan cahaya melalui cara yang sangat sederhana: Air garam, atau garam dapur yang dilarutkan ke dalam air.

Baca juga : PLN Gerak Cepat Pulihkan Kelistrikan Terdampak Gempa Di Mamuju Dan Majene

Usaha melahirkan inovasi lampu air garam dirintis sejak tahun 2012. Setelah melalui serangkaian uji coba dan pengetesan selama empat tahun, maka tahun 2016, produk lampu air garam pun siap diproduksi massal. Ia pun mematenkan karyanya ke Kementerian Hukum dan HAM. 

“Lampu air garam HEI tipe SWL 01 sudah dipatenkan juga. Total kami sudah mengantongi tiga sertifikat HKI (Hak Kekayaan Intelektual) dari Kumham,” ujar Sarwani.

Bagaimana pengoperasiannya? Sarwani mengatakan, cukup mudah. Dalam satu packing, terdapat satu lampu, botol pencampur air garam dan air ukuran 125 cc. “Hanya perlu air bersih dan garam. Garam apa saja,” katanya seraya menambahkan, “Tak ada garam, air laut pun bisa. Makanya, lampu ini juga sangat cocok dipakai para nelayan.”

Dalam setiap kemasan, kata dia, terdapat petunjuk cara penggunaaan lampu air garam, sangat detail dan menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan disertai gambar/ilustrasi. 

Bayangkan, hanya dengan mencampur air bersih dan sesendok garam, lampu ini mampu menyala hingga 12 jam dalam kekuatan sinar LED 1,6 watt atau setara terangnya bohlam 25 watt.

Ketika ditanya bagaimana cara kerja lampu air garam tadi? Sarwani mengatakan, orang kimia dan mempelajari electricity tentu lebih cepat memahami. Ini adalah soal katoda dan anoda. “Sebenarnya dari SMP kita sudah belajar tentang katoda dan anoda,” ujar Sarwani.

Baca juga : Digoyang Gempa 6,2 Skala Richter, Bangunan Bertingkat Di Mamuju Roboh

Sarwani pun menjelaskan, bahwa elektroda yang menerima elektron dari sumber arus listrik luar disebut katoda. Sedangkan elektroda yang mengalirkan elektron kembali ke sumber arus listrik luar disebut anoda. Katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi yang elektrodanya negatif (-). Sementara anoda adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi yang elektrodanya positif (+). 

Jadi, kata dia, jika kita tengok lampu air garam pun memiliki prinsip yang sama. Air laut atau garam sebagai elektrolit. Ketika masuk ke dalam tabung modul, terjadi reaksi kimia yang menghasilkan ion-ion energi listrik. Dan ion-ion itu pula yang dimanfaatkan untuk menyalakan LED.

Bukan hanya memberi cahaya di tengah kegelapan. Lampu air garam juga bisa dimanfaatkan sebagai charger ponsel Anda. Tapi tidak bisa digunakan bersamaan. Jadi, kalau sedang dipakai untuk menyalakan lampu, maka fungsi charger off. Sebaliknya kalau sedang digunakan sebagai charger, maka lampu LED tidak bisa dinyalakan.

Ketika didesak mengapa tidak bisa difungsikan bersamaan? Tangkas Sarwani menukas, “Karena kebutuhan voltasenya berbeda. Untuk lampu, 3 volt, sedangkan untuk charger selular, 5 volt.”

Apa pun, lampu air garam ini benar-benar membantu warga yang mengungsi. Di saat PLN belum mengalirkan listrik, kehadiran lampu air garam benar-benar menjadi penerang. Solusi di tengah kegelapan.

“Sebelumnya, kami juga sudah memperkenalkan lampu ini di lokasi pengungsi erupsi Gunung Merapi, di Yogyakarta. Akhir tahun lalu, kami juga mengirim lampu-lampu ini ke lokasi pengungsi banjir bandang di Aceh,” katanya.

Baca juga : Sepanjang Pandemi, Pengguna LinkAja Capai 61 Juta Orang

Sarwani berterima kasih, karyanya diapresiasi BNPB. Sarwani mengatakan pertama kali bertemu dengan Jarwansah, Direktur Darurat BNPB pada 2020 untuk menceritakan soal temuannya. Jarwansah kemudian melaporkan perihal lampu garam ini ke Dody Ruswandi Deputi Darurat dan Kepala BNPB Letjen Doni Monardo.

“Rupanya ada keselarasan antara produk yang kami hasilkan dengan karakter negeri kita yang rawan bencana. Rawan bencana berulang. Lampu air garam sangat cocok di situasi darurat bencana,” ujarnya.

Menurut dia, pada tahun 2020, pihaknya sudah diminta BNPB untuk memproduksi massal lampu air garam ini untuk kebutuhan darurat di lokasi-lokasi bencana. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.