Dark/Light Mode

CSIS: Generasi Z, Paling Banyak Tak Percaya Covid-19 Dan Vaksin

Kamis, 18 Februari 2021 17:14 WIB
Petugas menyuntikkan vaksin Covid-19 Tahap 2 kepada tenaga kesehatan di Poltekes Jakarta Selatan, Senin (15/2/2021) lalu. Pemerintah  menargetkan vaksinasi Covid-19 untuk Tenaga kesehatan selesai di Februari.  [Foto: Putu Wahyu Rama / RM.id /Rakyat Merdeka]
Petugas menyuntikkan vaksin Covid-19 Tahap 2 kepada tenaga kesehatan di Poltekes Jakarta Selatan, Senin (15/2/2021) lalu. Pemerintah menargetkan vaksinasi Covid-19 untuk Tenaga kesehatan selesai di Februari. [Foto: Putu Wahyu Rama / RM.id /Rakyat Merdeka]

RM.id  Rakyat Merdeka - Survei mengungkap, generasi Z atau rentangan usia 17-22 tahun, merupakan kelompok yang paling banyak tidak percaya tentang Covid-19 dan tidak percaya terhadap vaksin.

Survei ini dilakukan oleh The Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Menurut Direktur Eksekutif CSIS Indonesia, Philips J Vermonte, sekitar 10 persen responden di DKI Jakarta dan 6,3 persen responden di Yogyakarta tidak percaya pada Covid-19. Ini angka yang cukup tinggi. Mengingat pandemi ini sudah berlangsung selama satu tahun.

“Dari segi usia, ketidakpercayaan pada vaksin dan penyebaran Covid-19 lebih tinggi pada Generasi Z yaitu usia 17-22 tahun dibanding kelompok usia lainnya," katanya, dalam konferensi pers yang digelar daring di Jakarta, Kamis (18/2/2021).

Baca juga : Masih Layak Didukung, Pilihan Kebijakan Jokowi Terkait Covid Dan Perekonomian

Menurut Philips, hal tersebut menjadi pekerjaan rumah. Karena kelompok Generasi Z merupakan masyarakat yang paling aktif dan masih beraktivitas di luar rumah, berinteraksi dengan orang lain. Saat pulang ke rumah, mereka berpotensi membawa virus, hingga meningkatkan risiko penularan di lingkungan keluarga.

CSIS melakukan survei terhadap 800 responden, dengan masing-masing 400 orang di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Survei dilakukan pada penduduk usia 17 tahun ke atas atau sudah menikah, dengan sampel metode acak. Margin of error sampel plus minus 3,46 persen serta tingkat kepercayaan 95 persen.

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan tim peneliti CSIS dari hasil survei tersebut menunjukkan, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Covid-19 memengaruhi perilaku dalam penerapan protokol kesehatan. Termasuk juga kepercayaan pada vaksin dan kesediaan mengikuti program vaksinasi.

Baca juga : Duh, Prajurit AS Banyak Yang Ogah Divaksin

Survei menyebutkan, hampir 40 persen responden di DKI Jakarta dan 27,5 persen responden di DIY juga mengaku tidak bersedia divaksin. Sebanyak 43 persen responden di DKI dan 31 persen responden di DIY mengaku belum yakin dengan kualitas vaksin.

Menurut dia, sosialisasi tentang vaksin masih harus digencarkan untuk meningkatkan kepercayaan publik ini. Ketidakpercayaan terhadap kemanjuran vaksin lebih tinggi di kalangan Generasi Z atau usia 17-22 tahun dibandingkan dengan kelompok usia lain.

Uji statistik menunjukkan hubungan kuat antara kepercayaan terhadap penyebaran Covid-19 dengan kepercayaan terhadap vaksin dan kesediaan untuk divaksin.

Baca juga : Menkes Palestina: Israel Larang Vaksin Covid-19 Masuk Gaza

Philips menyebut, ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan mengenai kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan. "Ada PR elementer bagi kita semua, bahwa di tengah masyarakat masih ada ketidakpercayaan pada Covid-19 yang memengaruhi penerapan protokol kesehatan," katanya.

"Kekhawatiran masyarakat terhadap Covid-19 dipengaruhi oleh pemahaman mereka terhadap risiko Covid-19. Artinya, vaksin memang menjadi harapan atau game changer. Tapi hal paling elementer adalah kesadaran masyarakat yang angkanya masih relatif banyak untuk diperbaiki," jelasnya. [RSM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.