Takut Suara Sirine Ambulans, Takut Suara Perut Keroncongan

 Sebelumnya 
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai, maraknya mural tersebut karena pemerintah tak kuasa meredam keganasan pandemi. Akhirnya, banyak pengangguran, korban jiwa, hingga miskin tiba-tiba.

"Munculnya mural karena itu. Tapi, mural bukan hal baru. Cuma sekarang lebih maju karena ada medsos," tukas Agus, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Kritik sosial melalui mural adalah hal biasa. Ekspresi kekecewaan masyarakat. Sudah lama terjadi. "Kalau mural itu kan gambar disisipkan tulisan. Itu biasa. Contoh, Gubuk Derita atau Kutunggu Jandamu. itu kan mural," pungkas dia.

Fenomena mural turut menggiring cita rasa warganet. Yang tadinya cuek dengan kebijakan pemerintah, sekarang jadi perhatian. "Mural lagi ramai ya," tulis @Elma_istiana. "Akibat ramai mural, jadi tertarik melihat berbagai mural hasil karya anak bangsa. Di tengah keterbatasan akibat pandemi Covid, akhirnya jadi penikmat mural," timpal @UuNurulHuda1.

"Pendapat singkat saya terkait seni mural yang sedang ramai baru-baru ini, proporsional," ucap @muhyunan.

Ada juga warganet yang berkomentar soal beberapa mural yang dihapus aparat. "Bila seluruh daerah sudah ramai mural mungkin ada dana anggaran dari APBN khusus beli cat untuk menutup mural?," tulis @NinukHartomo.

Ada juga netizen yang memplesetkan fenomena merebaknya mural. "Sebelum ramai Ahmad Dhani sudah mulai duluan, istri beliau bernama Mural Jamila," ledek @DeadriceNkri. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.