Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Fanatik Berlebihan

Senin, 19 Oktober 2020 04:31 WIB
Ngopi - Fanatik Berlebihan
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Belakangan ini, saya lagi sering mendengar karya-karya musik seorang gitaris yang cukup dikenal di Tanah Air, di YouTube. Dulunya, dia adalah pemain gitar salah satu band papan atas Indonesia. Dan, eks bandnya itu masih eksis sampai sekarang. Fansnya masih banyak.

Karya-karya sang gitaris, kalau menurut saya yang nggak ahli musik, bagus sih. Dan setidaknya, pendapat saya sama dengan mayoritas penikmat karya sang gitaris. Pendapat-pendapat itu tertuang di kolom komentar video YouTube-nya.

Tapi, meski mayoritas komentar memuji dan mendukung sang gitaris berkarya, artinya, sama dengan saya, beberapa di antaranya justru bikin risih. Soalnya, mereka terus saja membanding-bandingkan sang gitaris dengan pemain gitar yang menggantikannya, di eks bandnya.

Baca juga : Buruh Takut Corona

Komentar-komentar yang bikin risih itu, antara lain bilang, "Ini baru mantap. Gitaris yang sekarang mah nggak ada apa-apanya." Atau, "Ini baru yang asli. Kalau yang sekarang mah nggak jelas." Bukan satu dua. Tapi, banyak komentar bernada serupa. Yang intinya, seperti meremehkan kemampuan pengganti sang gitaris baru di bank eks gitaris itu.

Buat saya, itu nggak pas. Tiap gitaris, seniman, punya ciri khas masing-masing. Punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Nggak ada yang sempurna. Lagipula, seni kan nggak terbatas. Nggak bisa dinilai dari satu sisi. Kalau gitaris ini lebih nge-rock, jangan anggap kemampuan yang lainnya lebih rendah kalau lebih sering mainin jazz! Bener nggak?

Dulu, saya sempat begitu. Waktu Richie Sambora keluar dari Bon Jovi. Tahun 2013. Sebagai penggemar, rasanya gimana gitu. Kaya ada yang kurang. Apalagi, dia kan personel dari awal Bon Jovi berdiri. Dan saat itu, saya mulai banding-bandingin dengan penggantinya, Phil X.

Baca juga : Menyambung Hidup Di Masa Pandemi

Di beberapa medsos yang saya pakai, saya bilang, Bon Jovi tanpa Richie, nggak akan jadi Bon Jovi lagi. Hingga akhirnya saya sadar. Bahwa karya lebih penting dari sekadar personel. Dan memang, nggak ada perubahan berarti dalam musik Bon Jovi sejak Richie hengkang.

Sebagai penggemar musik, band, musisi, seniman, pasti maunya, keinginan kita sama dengan keinginan idola kita. Tapi, selama masih bisa menghasilkan karya bagus, mau nggak mau harus dinikmati. Jangan fanatik berlebihan. Apalagi kita cuma seorang penggemar.

Paul Yoanda, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.