Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Sebanyak 113 tenaga honorer Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman, 71 di antaranya adalah tenaga honorer periset, tidak diperpanjang kontraknya atau diberhentikan. Pemberhentian ini imbas dari adanya integrasi Lembaga Eijkman ke tubuh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Wakil Ketua DPR Bidang Korkesra Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menilai, pencopotan para periset Eijkman ini kortraproduktif dengan keinginan pemerintah untuk melakukan penguatan di bidang riset.
Karena itu, Cak Imin meminta BRIN merangkul kembali semua peneliti Eijkman. "Kita membutuhkan banyak sekali peneliti untuk membangun peradaban yang maju," kata Cak Imin dalam keterangannya, Senin (3/1).
Dibentuknya BRIN, kata Cak Imin, diharapkan bisa memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Tanah Air. Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Inovasi Nasional, BRIN bertugas untuk menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (litbangjirap), serta invensi dan inovasi secara nasional yang terintegrasi.
Baca juga : Erick Minta Santri Kembangkan Ekonomi Kreatif, BUMN Siap Membantu
"Seharusnya kita malah menambah jumlah peneliti kita, bukan malah mengurangi. Salah satu kunci kemajuan sebuah negara adalah dengan penguatan riset dan teknologi," kata Cak Imin.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mencontohkan, dalam kasus Covid-19, bangsa ini pada masa-masa awal terjadinya pandemi terlihat gagap. Hal ini salah satunya karena rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Gara-gara ilmu pengetahuan belum kita kuasai, kita membuang duit terlalu mudah dan besar sekali yang kita buang untuk penanganan pandemi," urainya.
Saat itu, kata Cak Imin, negara menggelontorkan anggaran besar untuk membeli alat rapid test, ternyata sama sekali tidak efektif sehingga menjadi mubazir.
Baca juga : Ganjar Capres, Jaminan PDIP Menang 3 Kali Beruntun
Begitu pula dalam pengadaan boks desinfektan yang banyak tersedia di depan rumah atau gedung-gedung, juga tidak efektif dan bahkan membahayakan. "Inilah pentingnya penguatan riset dan ilmu pengetahuan," tuturnya.
Karena itu, ua meminta BRIN untuk mengkaji ulang pencopotan para penaga periset Eijkman. "Tenaga mereka tentu sangat kita butuhkan. Bila perlu, kita memperbanyak tenaga periset untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi," ungkapnya.
Diketahui, pengelolaan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman diambil alih BRIN sejak September 2021. Perubahan status dari LBM Eijkman menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman resmi dilakukan pada 28 Desember 2021 lalu. Setelah integrasi Eijkman ke BRIN secara otomatis semua periset yang sebelumnya bekerja di Lembaga Eijkman harus menjalankan aktivitas riset sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang baru.
Eijkman Institute merupakan lembaga penelitian nirlaba yang didanai pemerintah. Lembaga ini bertugas melakukan penelitian dasar dalam biologi molekuler medis dan bioteknologi.
Baca juga : Awas, 272 Plt Kepala Daerah Ikut Berpolitik
Lembaga ini memiliki misi utama memajukan kemajuan penelitian dasar dan terapan terkait biologi molekuler di Indonesia, dengan fokus di bidang biomedis, keanekaragaman hayati, bioteknologi dan biosekuriti, serta menerjemahkan hasil penelitian untuk kepentingan masyarakat Indonesia. [TIF]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya