Dark/Light Mode

Ketua Komisi X: Naturalisasi Harus Dikombinasikan Dengan Pembinaan Pemain Muda

Rabu, 13 Maret 2024 14:00 WIB
Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda (Foto: Ist)
Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Naturalisasi pemain dari luar negeri masih menjadi andalan pembinaan tim nasional sepak bola Indonesia.

Model pembinaan ini dikhawatirkan akan mematikan potensi pemain lokal jika dilakukan terus menerus dan dalam jangka waktu lama.

Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda meminta PSSI sebagai federasi sepak bola Indonesia membuat batas waktu penggunaan metode naturalisasi dalam mencetak prestasi sepak bola nasional kita.

“Jangan sampai model ini digunakan dalam jangka panjang sehingga mematikan masa depan pemain lokal kita,” ujar Huda, Rabu (13/3/2024).

Untuk diketahui saat ini PSSI terus menambah kekuatan tim nasional sepak bola Indonesia dengan pemain naturalisasi.

Terbaru, tiga pemain Belanda yakni Ragnar Oratmangoen, Nathan Tjoet A-Oen dan Tom Haye bersiap mengambil sumpah sebagai WNI.

Baca juga : Sosialisasi Di Belitung, KKP Pastikan Evaluasi Izin Pemanfaatan Ruang Laut

Proses pengambilan sumpah Nathan Tjoet A-Oen telah dilakukan di Kanwil Kemenkumham Jakarta Barat, Selasa (11/3/2024) malam.

Huda mengatakan, naturalisasi pemain merupakan hal jamak dilakukan di dunia sepak bola.

Hanya saja, hal itu tidak bisa terus menerus dilakukan tanpa dibarengi dengan keseriusan membina pemain lokal sejak usia dini.

“Kalau mau kita mau buka data saat ini sudah ada lebih dari 40 pemain naturalisasi yang ada di Indonesia. Mereka dulu diberikan status WNI karena dipandang mempunyai kontribusi dalam capaian prestasi sepak bola Indonesia,” tuturnya.

Di era pelatih Shin Tae Yong, lanjut Huda setidaknya ada lebih dari 10 pemain naturalisasi yang diberikan kewarganegaraan Indonesia.

Bahkan, dalam skuad Timnas sepak bola Indonesia yang diproyeksikan mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2026 ada 10 pemain berdarah Belanda yang dipanggil oleh Shin Tae Yong.

Baca juga : Pertagas Pastikan Keandalan Penyaluran Energi

Mereka adalah Nathan Tjoe A-On, Jordi Amat, Sandy Walsh, Justin Hubner, Thom Haye, Jay Idzes, Marc Klok, Ivar Jeenner, Ragnar Oratmangoen, dan Rafel Struick.

“Pemanggilan mereka ini juga menjadi sorotan dari negara lain. Bahkan ada guyonan mereka ini menghadapi Timnas Indonesia atau Timnas Belanda,” ucap Huda. 

Politisi PKB ini menilai, naturalisasi pemain merupakan solusi jangka pendek untuk mengangkat prestasi Timnas sepak bola Indonesia.

Menurutnya, kebijakan ini harus terus menerus dievaluasi untuk memastikan efektivitas serta dampaknya bagi pembinaan sepak bola nasional.

Cerita naturalisasi pemain ini, kata Huda, tidak selalu berakhir indah. Banyak juga contoh negara yang gagal total angkat prestasi timnas mereka meskipun sudah melakukan naturalisasi pemain besar-besaran.

“Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) pun gentle mengaku jika kebijakan naturalisasi pemain yang dilakukan ternyata gagal angkat prestasi timnas mereka,” jelas Huda, memberikan contoh. 

Baca juga : Bank BJB Komitmen Bantu Akselerasi Pengembangan Bisnis Bank Bengkulu

Cerita indah Timnas Singapura yang meraih prestasi instan dengan naturalisasi, kata Huda, sekarang juga dibayar mahal.

Menurutnya saat ini Singapura mengalami penurunan prestasi secara signifikan setelah para pemain naturalisasi yang menjadi tulang punggung timnas mereka melewati masa keemasan mereka.

“Jadi harus ada kombinasi pembinaan baik melalui jalur naturalisasi maupun pembinaan usia dini sehingga kekuatan Timnas sepak bola kita suatu saat mampu cetak prestasi karena kualitas kompetisi dalam negeri bukan karena pemain asal luar negeri,” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.