Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Jatim Belum Siap Buka Pintu Masuk Kepulangan PMI

Kamis, 4 November 2021 19:10 WIB
Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh. (Foto: Ist)
Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menunjukkan Provinsi Jawa Timur (Jatim) menduduki posisi puncak penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) terbanyak dari tahun 2018-2020. Meski jumlah PMI asal Jatum merupakan yang terbesar, namun berdasarkan Instruksi Mendagri Nomor 43 Tahun 2021, Jawa Timur tidak dapat menerima langsung kedatangan Warga Negara Asing (WNA), termasuk kepulangan PMI.

"Sebenarnya kita di Timwas Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) DPR RI itu mengusulkan tambahan untuk pintu masuk untuk (kepulangan) PMI. Selama ini kan untuk bandara baru Soekarno-Hatta sama Sam Ratulangi Manado dan (pelabuhan) laut ada beberapa titik. Kita mengusulkan untuk bandara ditambah yaitu di Lombok, Juanda, Kualanamu dan Kepri," ungkap Wakil Ketua Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh yang memimpin langsung kunjungan kerja Timwas PPMI DPR RI ke Surabaya, Jawa Timur, Rabu (3/11).

"Hasil kunjungan kita ke Surabaya ini, mereka (Pemprov Jatim) menyatakan banyaknya kendala, salah satunya soal ketidaksanggupan mereka soal finansial. Karena kalau datang sekian ratus (kepulangan PMI) dan harus membiayai selama karantina dan tidak hanya sekadar menyediakan tempat, dan itu dirasa memberatkan mereka," ungkap Ninik, sapaan akrab Nihayatul Wafiroh.

Baca juga : Maksimalkan Pengembangan Destinasi Wisata Lombok, Ini Saran Anggota DPR

Lebih lanjut, Ninik menyampaikan, Pemprov Jatim akan siap menerima kedatangan WNA dan kepulangan PMI, asalkan ada pembagian tugas yang jelas dengan pemerintah pusat. Ketika WNA dan PMI tiba di Jatim, maka yang meng-handle semua mulai dari PCR, penempatan karantina, hingga yang membiayai adalah pemerintah pusat.

Sementara Pemprov Jatim hanya akan mengurusi persoalan jika ada WNA dan PMI yang sakit.

"Ini (temuan yang) cukup mengejutkan. Karena jika dibandingkan dengan provinsi lain, Jawa Timur seharusnya lebih siap, namun memiliki kendala yang sama dengan daerah lain. Apalagi kemarin Jawa Timur masih memiliki tanggungan pada saat Covid-19 tinggi pada BNPB dan ini perlu disikapi bersama. Jika Jawa Timur saja tidak sanggup, bagaimana dengan provinsi lainya?” tanya Ninik.

Baca juga : Gus Muhaimin: Kalau Menterinya Nggak Mau, Saya Minta Presiden

"Dan ini yang perlu diperjelas lagi dengan pemerintah pusat tentang pembagian tugas, serta pembagian pembiayaanya, seperti apa. Karena kan memang kalau di Jakarta dibiayai oleh pemerintah pusat dan ini yang diminta dari Pemprov Jawa Timur. Mereka akan siap jika ada pembagian tugas yang jelas dari pemerintah pusat," pungkas politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Berdasar data BP2MI tahun 2020, jumlah PMI informal mencapai 28.885, sedangkan PMI formal 8.446 orang. Hongkong, Taiwan dan Malaysia menjadi 3 negara tujuan penempatan yang utama.

Menurut Kementerian Luar Negeri, sampai akhir tahun ini akan datang 70.000 PMI dari Malaysia yang akan pulang melalui jalur mandiri dan dekalibrasi. Belum lagi yang melalui proses deportasi sebanyak 5.172 (September 2021). [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.