Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk Golkar, PAN dan PPP sudah dipastikan bisa mengusung capres. Karena tokoh-tokoh di internal ketiga partai itu, tak ada capres potensial yang diprediksi bisa memenangkan Pilpres 2024, maka koalisi yang digawangi Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan dan Suharso Monoarfa itu, bisa menjual tiket capres ke capres non parpol.
Di atas kertas, KIB telah memenuhi persyaratan ambang batas atau Presidential Threshold (PT) untuk mengajukan capres seperti disyaratkan dalam Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 tentang Pemilu.
Isi pasal tersebut berbunyi: pasangan calon diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR, atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya.
Nah, secara perolehan suara sah nasional pada Pemilu 2019, Golkar meraih 12,31 persen, PAN 6,84 persen, dan PPP 4,52 persen. Total, perolehan suara sah nasional koalisi ini mencapai 23,67 persen. Perolehan suara sah nasional tersebut memang belum memenuhi persyaratan 25 persen. Namun, koalisi ini memenuhi persyaratan 20 persen kursi DPR.
Berapa total anggota DPR? Untuk periode 2019-2024 mencapai 575 orang. Artinya, untuk ikut dalam Pilpres 2024, sebuah koalisi minimal harus memiliki 115 kursi. Golkar saat ini mengantongi 85 kursi, PAN 44 kursi, dan PPP 19 kursi. Total kursi yang dimiliki Koalisi Indonesia Bersatu mencapai 148 atau melebihi PT 115.
Baca juga : Banteng Belum Ngasah Tanduk
Namun sayangnya, meski sudah memiliki tiket capres, koalisi ini tidak punya tokoh di internal yang mumpuni. Baik ketum atau kader di 3 parpol ini, tak ada yang muncul sebagai capres 5 besar di pasar survei capres.
KIB kesulitan menonjolkan sosok yang paling berpotensi memenangi kontestasi Pilpres 2024 mendatang. Elektabilitas ketua umum ketiga partai itu, belum bisa menyaingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
Solusi paling realistis, koalisi ini bisa menjual tiket capresnya itu, ke calon non parpol yang elektabilitasnya tinggi. Apakah koalisi ini akan rela menjual tiketnya ke calon non parpol?
Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani mengaku, mekanisme penjaringan bakal capres dan cawapres akan dibicarakan lebih lanjut. "Untuk saat ini, kami siapkan dulu jaringan dan infrastruktur koalisinya dulu," ucap Arsul, saat dikontak Rakyat Merdeka, kemarin.
Artinya, urusan capres bisa dibicarakan. "Apakah kami akan aktif mendekati sosok-sosok potensial atau kami menunggu sosok-sosok tersebut datang kepada kami, atau kami lakukan keduanya, ya pada saatnya akan dimusyawarahkan," jelasnya.
Baca juga : Airlangga Kasih Angin Ke Orang Luar
Untuk sekarang, Wakil Ketua MPR itu cuma bisa menjelaskan, KIB merupakan koalisi inklusif. Terbuka bagi siapapun sosok yang ingin dicapreskan atau dicawapreskan. Pun, terbuka pula partai lain untuk bergabung.
"Yang jelas, siapapun bisa, dan silakan berkomunikasi dengan KIB, meski mekanisme penjaringan paslon untuk Pilpres 2024 belum kami sampaikan kepada publik. Contohnya seperti Pak RK (Ridwan Kamil) yang datang bersilaturahmi kepada Pak Airlangga dan Pak Zul, beberapa waktu lalu," tutur Asrul.
Senada, Ketua DPP Golkar Dave Laksono enggan merinci lebih detail soal capres dan cawapres yang akan diusung KIB. Karena prosesnya masih tergolong panjang. Masih ada pembahasan-pembahasan berikutnya.
"Kan Pak Airlangga sudah menyatakan, siapa capres yang akan diusung oleh KIB akan dibahas di jilid berikutnya. Nanti akan dibahas bersama-sama," cetus Dave, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Sementara, Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi mengaku, partainya memang sudah tembus PT. Namun, ketika ditanya siapa yang akan diusung, jawaban Viva persis seperti yang lainnya.
Baca juga : Ini Fasilitas Yang Ada Di xEV Center Toyota
"Soal figur, posisi dan komposisi di Pilpres, masih dalam fase monitoring. KIB akan segera menyelesaikan beberapa persyaratan teknis, variabel penilaian dari paslon yang ada," sebut Viva, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Lalu bagaimana penilaian pengamat? Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai rugi jika KIB menawarkan ke tokoh non-parpol. Seharusnya, yang dikedepankan Airlangga Cs itu kombinasi parpol dan non-parpol.
"Capres dari parpol dan cawapresnya bisa dari non-parpol. Atau juga sebaliknya. Yang penting rasional, dan secara politik bisa menang," terang Ujang, saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.
Menjual KIB ke tokoh non-parpol, dianggap Ujang, sama saja dengan bunuh diri. "Artinya, gagal dong Golkar, PAN dan PPP dalam mengkader kepemimpinan bangsa. Karena dianggap tak ada yang layak jual sebagai capres dan cawapres," pungkas Ujang.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.