Sebelumnya
Facebook menyiapkan produk bernama branded content, tujuannya untuk mengontrol reputasi bisnis, lewat konten iklan yang sesuai.
Caranya, Facebook menggaet influencer untuk memperkenalkan produk. Unggahan itu akan diteruskan menjadi iklan, guna menjangkau lebih banyak konsumen.
Menanggapi masalah friksi di industri dagang el, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) Ignatius Untung menilai, potensi kehilangan pendapatan friksi terjadi juga berasal dari pengalaman konsumer yang kurang baik, seperti misalnya pengalaman tatap muka yang kurang sempurna dan koneksi internet.
Dia juga mengatakan, bahwa sangat mustahil menciptakan pengalaman berbelanja yang 100 persen bebas dari friksi. Mengingat, faktor yang berpengaruh terhadap terciptanya hambatan tersebut sangat besar, termasuk hal-hal yang tidak bisa dikontrol oleh penyedia platform dagang el, seperti misalnya koneksi internet.
Baca juga : Facebook Kembangkan Pembayaran Digital
“Belum lagi friksi yang datang dari dalam diri calon konsumen akibat distraksi yang muncul di benak konsumen, dengan atau tanpa adanya pemicu dari user experience di platform. Dengan demikian, potensi kerugian akibat friksi akan tetap ada,” ujarnya.
Oleh karena itu, imbuhnya, konsumen tidak akan sepenuhnya sadar adanya friksi. “Konsumen juga banyak yang belum bisa mengartikulasikan dengan akurat apa sebenarnya itu friksi,” tukasnya. [ASI]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.