BREAKING NEWS
 

Harganya Tak Kunjung Turun

KPPU Turun Tangan Kejar Para Mafia Gula

Reporter : KINTAN PANDU JATI
Editor : MUHAMAD FIKY
Sabtu, 16 Mei 2020 05:17 WIB
Mesti gula impor sudah masuk, harga gula pasir masih tak terkendali

RM.id  Rakyat Merdeka - Harga gula di pasaran makin tak terkendali. Saat ini, harga gula pasir yang diakses oleh masyarakat masih tinggi meski gula impor telah masuk ke pasar. Karena itu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan turun tangan mengejar mafia yang mengatur harga gula.

Juru Bicara KPPU Guntur Saragih menegaskan, pihaknya bakal memproses berbagai pihak yang sengaja menunda distribusi gula pasir. 

“Kami melihat persoalan gula pasir telah bergeser dari keterlambatan penerbitan Surat Persetujuan Impor atau SPI menjadi ketidaklancaran distribusi produk yang sudah ada di Tanah Air,” ujarnya di Jakarta, kemarin. 

KPPU melihat berkurangnya pasokan gula di pasar melibatkan perilaku pelaku usaha terkait. Untuk itu, KPPU akan meningkatkan status pengawasan gula pasir menjadi proses inisiatif di penegakan hukum. 

Peningkatan status dari kajian sektoral tersebut, dilakukan untuk lebih memfokuskan pengawasan KPPU pada perilaku para produsen dan distributor dalam pemenuhan kebutuhan gula nasional. 

Baca juga : Sinergi Pertamina Group Turun Tangan Berantas Covid-19 di Jawa Timur

“Hal ini mengingat kemungkinan adanya pengaturan distribusi gula pasir yang diduga mengakibatkan tingginya harga gula pasir, meskipun telah terdapat realisasi impor yang cukup,” katanya. 

Guntur menjelaskan, salah satu hal yang mendasari KPPU meningkatkan status pengawasan gula pasir adalah fenomena tingginya harga gula di masyarakat. Jika dibandingkan dengan data yang dikeluarkan International Sugar Organization, harga gula nasional 240-260 persen lebih tinggi dibandingkan harga internasional pada April dan Mei 2020. 

Saat ini, harga gula internasional mencapai 336,75 dolar AS per ton, atau Rp 5.000 per kilogram. 

Adsense

Sangat tingginya selisih harga gula nasional dan harga gula internasional ini yang dinilai menciptakan insentif bagi produsen dalam melakukan importasi gula daripada meningkatkan produksi atau menyerap produksi domestik.
 
Kajian di KPPU, kata Guntur, menilai bahwa jumlah kuota impor gula dalam persetujuan impor seharusnya cukup. 

Namun karena izin terlambat keluar, baru sedikit dari izin impor gula yang direalisasikan. Guntur menuturkan, persoalan penerbitan SPI dan realisasinya teratasi dengan terlaksananya pelaksanaan impor gula sekitar 400 ribu ton, namun harga di pasaran masih cukup tinggi. 

Baca juga : Menkeu Minta Kita Siap Dengan Skenario Terburuk

Kajian di KPPU juga menunjukkan bahwa pada periode Mei 2020, harga gula ratarata nasional di pasar tradisional mencapai 44 persen di atas harga acuan penjualan tingkat konsumen. 

Sementara di pasar retail modern mencapai 24 persen di atas harga acuan. Tak hanya itu, harga lelang gula rata-rata pada 2020 berada di kisaran Rp 12.000 per kilogram, tidak jauh dari harga acuan penjualan di tingkat konsumen yakni Rp 12.500 per kilogram. 

Bahkan, sempat terdapat harga lelang yang berada di atas harga acuan. Karena berbagai fakta hasil temuan kajian tersebut, KPPU memutuskan untuk meningkatkan dan memfokuskan status pengawasan gula pasir pada perilaku produsen dan distributor. 

“Sebagai inisiatif di bawah proses penegakan hukum yang ada,” tegasnya. 

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengakui harga gula selama beberapa bulan terakhir masih mahal karena produksi tebu dalam negeri belum siap dipanen sehingga tidak ada produksi. 

Baca juga : Sektor Pariwisata Makin Babak Belur

Selain itu, Bulog juga tidak memiliki stok, sehingga tidak bisa mengintervensi pasar dan menstabilisasi harga. Untuk itu, Bulog mendapat penugasan importasi gula. 

Namun sayangnya terjadi keterlambatan mendatangkan gula dari India karena negara tersebut, menerapkan lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19. Buwas, sapaan akrab Budi Waseso meyakini, stok gula pasir yang dikelola Bulog akan meningkat pada Juni mendatang. 

Stok gula yang meningkat itu berasal dari produksi tebu lokal maupun importasi dari India. Buwas melihat bahwa hingga Juni nanti, Bulog akan memiliki stok gula pasir konsumsi hingga 75.000 ton. Rinciannya adalah 25.000 ton produksi dalam negeri dan 50.000 ton dari gula impor asal India. [KPJ]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense