RM.id Rakyat Merdeka - Proyeksi Bank Indonesia (BI) terkait pertumbuhan Ekonomi RI 2021 tak sesuram Bank Dunia (World Bank).
BI masih optimis, pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa tembus di kisaran 4,8 hingga 5,8 persen.
Sementara Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 hanya positif di angka 3,1 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, optimisme ini merujuk pada perbaikan pertumbuhan ekonomi domestik.
Baca juga : RI Masih Butuh Banyak Tampungan Air Baru
Pihaknya memperkirakan pertumbuhan ini akan terus berlangsung secara bertahap dan meningkat pada tahun 2021.
“Perkembangan tersebut terindikasi pada berlanjutnya kinerja positif sejumlah indikator di November 2020,” ujar Perry.
Perry menyebut, ada tiga hal yang membuatnya begitu yakin atas prediksi itu. Pertama, sumber PDB (Produk Domestik Bruto) akan semakin baik di tahun depan.
Salah satunya adalah kinerja ekspor yang baik di ujung tahun ini dan tahun depan yang semakin baik. Kondisi ini didukung oleh pertumbuhan global yang akan baik.
Baca juga : Bursa Mensos, Risma Banyak Saingannya
“2021 PDB global kami perkirakan 5 persen. Jauh lebih baik dari tahun ini yang -3,8 persen,” katanya.
Yang kedua, kata Perry, program vaksinasi Corona. Diyakini bisa mengembalikan mobilitas manusia. Dengan begitu, aktivitas ekonomi akan kembali pulih.
“Vaksinasi ini istilah kami prasyarat dalam mendukung pemulihan ekonomi. BI juga berpartisipasi dalam pembiayaan vaksinasi melalui mekanisme burden sharing,” jelasnya.
Faktor ketiga, sinergi kebijakan antara pemerintah, BI, Otoritas Jasa keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), perbankan dan dunia usaha.
Baca juga : Vaksin Gratis Vs Bayar Sendiri
“Sumber PDB, vaksinasi dan sinergi kebijakan nasional ini mendukung optimisme kami ekonomi di 2021 bisa pulih dengan tetap jaga stabilitas makro ekonomi,” tutupnya.
Seperti diketahui, Country Director Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mungkin hanya 3,1 persen pada tahun 2021 dan 3,8 persen pada tahun 2022.
Prediksi ini di bawah skenario awal di kisaran 4-5 persen. Menurutnya, prediksi ini bisa menurun akibat diperketatnya pembatasan mobilitas di Indonesia.
“Juga dipengaruhi melemahnya pertumbuhan dan harga-harga komoditas di tingkat global, serta kecepatan pemulihan yang tidak merata di semua sektor,” kata Kahkonen. [NOV]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.