Dark/Light Mode

Budaya Maritim Jati Diri Bangsa Indonesia

Selasa, 3 November 2020 17:00 WIB
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati (Foto: Istimewa)
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Budaya maritim merupakan jadi diri bangsa Indonesia. Demikian disampaikan pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati saat menjadi narasumber Seminar Maritim Nasional Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal) 2020, Selasa (3/11). Seminar mengangkat tema besar “Membangun Kembali Budaya Maritim Indonesia Melalui Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) dan Strategi Pertahanan Maritim Indonesia (SPMI)”.

Nuning, sapaan akrab Susaningtyas, membawakan materi berjudul, “Membangun Budaya dan Strategi Pertahanan Maritim Indonesia”. Dalam paparannya, Nuning menjelaskan mengenai sejarah dan konsep negara maritim dari para akademisi. Dari sana terlihat bahwa budaya maritim Indonesia sudah ada sejak abad sebelum masehi (SM).

Setelah itu, Nuning memaparkan pelaksanaan konsep negara maritim oleh para presiden Indonesia. Pelaksanaannya terus berkembang. Pada Kabinet Kerja I Presiden Soekarno, yang dibentuk 5 September 1945, memang belum ada kementerian khusus mengenai maritim. Namun, saat itu, Menteri Kemakmuran Soerachman Tjokroadisoeryo juga ditugaskan menangani maritim Indonesia. 

Baca juga : Buka Tutup Jalan Di Bandung Cegah Penyebaran Covid-19

Di era Soeharto, tepatnya pada Kabinet Kerja IV, yang dibentuk 3 Juni 1964, ada Menteri Perikanan dan Pengolahan Laut di bawah Menteri Koordinator Kompartemen Pembangunan Pertanian/Agraria. Kemudian, pada era Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, diangkat Menteri Eksplorasi Laut yang dijabat Sarwono Kusumaatmadja.

Pada Kabinet Indonesia Bersatu I, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY, diangkat Menteri Kelautan dan Perikanan yang dijabat Freddy Numberi. Selanjutnya, pada Kabinet Kerja Presiden Jokowi, ada Menko Kemaritiman dan Sumber Daya yang dijabat Indroyono Soesilo dan Menteri Kelautan dan Perikanan yang dijabat Susi Pudjiastuti. 

“Kesadaran akan kebesaran sejarah dan budaya maritim Indonesia penting sebagai landasan kebijakan strategi pertahanan maritim Indonesia,” ucap Nuning.

Baca juga : Real Madrid Vs Internazionale, Diserang Wabah Corona

Mantan anggota Komisi I DPR lalu memaparkan kebijakan Kelautan Indonesia dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 16/2017. Dalam kebijakan ketujuh disebutkan, memperkuat identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim melalui budaya maritim dan menggunakan identitas sebagai bangsa maritim dalam melaksanakan diplomasi maritim. 

Nuning kemudian mengupas mengenai strategi pertahanan maritim. Strategi ini bertumpu atas gabungan Armada Kapal Perang TNI AL dengan seluruh armada Kapal Pemerintah instansi kementerian/lembaga dan armada niaga. “Strategi pertahanan maritim Indonesia juga mengutamakan kerjasama internasional melalui diplomasi Angkatan Laut (Gun Boat Diplomacy dan Naval Diplomacy) serta diplomasi maritim,” jelasnya.

Di akhir paparannya, Nuning menjelaskan bahwa budaya maritim Indonesia bersumber dari nilai-nilai luhur dari sejarah maritim Indonesia sejak dahulu hingga era modern abad ke-21. Budaya maritim adalah jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim yang menerapkan kepemimpinan maritim sesuai dengan enam elemen kekuatan laut sekaligus menjaga ekosistem kelautan sebagai warisan generasi Bangsa Indonesia selanjutnya. 

Baca juga : Hari Ini Umroh Dibuka, Menhub Doakan Jemaah Asal Indonesia Mabrur

“Seskoal sebagai lembaga pendidikan tertinggi di TNI AL jadi mercusuar kembalinya budaya maritim Indonesia kepada seluruh generasi muda bangsa Indonesia dengan peran penting para Pasis (perwira siswa) sebagai leader of change,” ucap Nuning.

Nuning menambahkan, Maritime Domain Awareness harus menjadi landasan kebijakan kelautan Indonesia bagi seluruh stakeholder. TNI AL perlu terus membangun pemanfaatan big data dan artificial intelligence dalam konteks menjaga stabilitas keamanan maritim Indonesia dan kawasan. “Kemampuan diplomasi maritim dibutuhkan untuk menjaga Indonesia tidak menjadi proxy dari pertarungan kekuatan besar di kawasan, yaitu AS dan China,” tutupnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.