RM.id Rakyat Merdeka - Sebanyak 12 perwakilan asosiasi pengusaha melakukan audiensi dengan Presiden Jokowi, Jumat (10/9). Pertemuan itu berkaitan dengan situasi kekinian ekonomi di masa pandemi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengaku, pihaknya menyampaikan 3 hal kepada Presiden dalam pertemuan itu.
Pertama, permintaan bagi pelaku pasar seperti swalayan minimarket, supermarket, hypermarket, wholesaler, department store untuk kepastian hukum dan kemudahan berusaha.
“Pelaku eceran dan modern anggota Aprindo di seluruh Indonesia berharap jadi sektor prioritas,” ungkapnya.
Baca juga : Bantu Tangani Pandemi, PBSI Gelar Vaksinasi Dan Bakti Sosial
Pasalnya, lanjut Roy, pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, ada 7 sektor prioritas. Namun, perdagangan eceran dan ritel modern belum masuk sebagai prioritas.
Ada pun sektor prioritas di tahun ini adalah kesehatan, pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur, ketahanan pangan, pariwisata dan perlindungan sosial.
Roy meminta ritel masuk prioritas karena Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebagian besar masih disumbang konsumsi rumah tangga. Mendominasi sebesar 57,6 persen.
“Kalau ritel dibilang kuat, nyatanya 1.000 lebih gerai tutup selama pandemi. Harapan kami dapat dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan merestrukturisasi kredit korporasi kita,” harap Roy.
Baca juga : Dua Tahun Pandemi Nasabah Pegadaian Bertambah Hingga 3 Juta Orang
Kedua, kata Roy, Aprindo berharap dukungan pemerintah dalam kemudahan berusaha. Misalnya, regulasi yang menghambat dapat direvisi.
Dia mencontohkan, ada peraturan pelaku usaha swalayan ketika ekspansi harus waralaba, sedangkan waralaba bersifat spesifik yang barang produknya murah, mudah dan cepat dilakukan penjualan. Sementara sejenis supermarket akan kesulitan.
Ketiga, revisi Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, juga menjadi salah satu pembahasan. Aprindo meminta pembahasan ini melibatkan dunia usaha.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menegaskan, pertemuan dengan Presiden Jokowi juga melihat arah kebijakan pemerintah dalam melakukan pelonggaran secara bertahap, seiring membaiknya perkembangan kasus Covid-19.
Baca juga : Masa Pandemi, Angkutan Pelat Hitam Meningkat
“Hal yang kami pusingkan adalah dampaknya terhadap cash flow (arus kas) usaha. Selama satu setengah tahun terakhir ini babak belur dihajar pandemi,” katanya.
Menurut Hariyadi, perlu intervensi terhadap usaha-usaha yang terdampak pandemi Covid-19 selama 1,5 tahun terakhir. Ada bermacam upaya yang dapat dilakukan, misalnya terkait penurunan suku bunga, perpanjangan tenor dan lain-lain.
Apindo juga mendorong adanya moratorium Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan kepailitan melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu).
Hariyadi menilai, pandemi Covid-19 membuat kinerja banyak perusahaan terganggu. Hingga mengakibatkan kesulitan ekonomi. Meski solusinya bukan harus pailit. [KPJ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.