BREAKING NEWS
 

MEF 2021

Jokowi Jelaskan Strategi RI Hadapi Situasi Darurat Energi Dan Iklim

Reporter & Editor :
FIRSTY HESTYARINI
Sabtu, 18 September 2021 08:09 WIB
Presiden Jokowi saat menghadiri acara MEF 2021 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/9). (Foto: Setkab)

RM.id  Rakyat Merdeka - Saat ini, dunia tengah menghadapi situasi sulit dalam sejumlah sektor, termasuk sektor energi dan iklim.

Situasi sulit tersebut tidak dapat ditangani oleh satu negara saja, melainkan dibutuhkan aksi bersama dalam skala global.

Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam pidatonya pada pertemuan Major Economies Forum on Energy and Climate (MEF) 2021 melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/9).

"Kredibilitas, khususnya aksi konkret, sangat krusial,” ujar Jokowi.

Baca juga : Jokowi Dukung Global Methane Pledge Secara Transparan Dan Partisipatif

Dalam pertemuan tersebut, Presiden menyampaikan komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam menghadapi situasi darurat tersebut.

Dari sektor energi, pemerintah telah mencanangkan transformasi menuju energi baru dan terbarukan. Serta akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau pada Agustus lalu.

Adsense

“Untuk mewujudkan transformasi ini, kami telah menyusun strategi peralihan pembangkit listrik dari batu bara ke energi baru terbarukan, mempercepat pembangunan infrastruktur energi baru terbarukan yang didukung pelaksanaan efisiensi energi, meningkatkan penggunaan biofuels, dan mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik,” jelas Jokowi.

Presiden juga mengungkapkan, Indonesia telah menargetkan netral karbon (net zero) pada tahun 2060, dengan kawasan percontohan yang masih terus dikembangkan.

Baca juga : PSI Tawarkan Quarantine In Paradise, Solusi Wisata Di Tengah Pandemi Covid

“Termasuk pembangunan Green Industrial Park seluas 20 ribu hektare, terbesar di dunia, di Kalimantan Utara,” ungkap Presiden.

Terkait transisi energi, Presiden menuturkan bahwa kemitraan global sangat diperlukan. Mengingat transisi energi bagi negara berkembang membutuhkan pembiayaan dan teknologi yang terjangkau.

“Kami membuka peluang kerja sama dan investasi bagi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium, kendaraan listrik, teknologi carbon, capture and storage, energi hidrogen, kawasan industri hijau, dan pasar karbon Indonesia,” imbuhnya.

Terakhir, Kepala Negara menyampaikan dukungannya terhadap Global Methane Pledge atau ikrar aksi bersama, yang bertujuan mengurangi 30 persen emisi metana global pada tahun 2030.

Baca juga : Fornas 2022, Menpora Pastikan Olahraga Rekreasi Diatur Dalam DBON

Presiden menyebut, Global Methane Pledge dapat menjadi momentum penguatan kemitraan dalam mendukung kapasitas negara berkembang.

“Bersama Amerika Serikat dan 45 negara lainnya, Indonesia juga telah bergabung dalam Global Methane Initiative. Pengurangan emisi metana telah masuk dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia,” tandasnya. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense