RM.id Rakyat Merdeka - Krisis populasi mengancam Thailand. Pemerintah Negeri Gajah Putih itu menggunakan bermacam-macam cara agar warganya mau berkeluarga dan punya anak. Mulai dari menyediakan tempat penitipan anak, mendirikan pusat kesuburan hingga influencer yang memperlihatkan keindahan hidup berkeluarga.
Thailand mencatat 544.000 kelahiran pada tahun lalu, sementara angka kematian sebanyak 563 ribu. Angka kematian itu juga merupakan dampak pandemi Covid-19. Jumlah kelahiran tersebut telah turun hampir sepertiga sejak 2013. Angka itu merupakan yang terendah dalam enam dekade terakhir.
Baca juga : Bela Ukraina, Usyk Pilih Perang Ketimbang Bertinju
Kondisi ini tak lepas dari trend yang berkembang di generasi kini. Sebagian tak lagi memiliki ketertarikan untuk melanjutkan garis keturunan.
“Data tersebut mencerminkan krisis populasi di mana pola pikir untuk memiliki anak telah berubah,” tutur pakar demografi di Universitas Thammasat, Teera Sindecharak, seperti dikutip dari Reuters, Senin (7/3).
Baca juga : Ini Alasan Serangan Rusia Ke Ukraina Bisa Picu Perang Dunia Ketiga
Thailand lantas menawarkan berbagai solusi, seperti pengasuhan anak dan pusat kesuburan untuk penduduk dewasa. Influencer media sosial ditugaskan mengkampanyekan kegembiraan kehidupan berkeluarga.
“Kami mencoba untuk memperlambat penurunan kelahiran dan membalikkan tren agar keluarga mau memiliki anak lebih cepat,” jelas pejabat kesehatan, Suwannachai Wattanayingcharoenchai.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.