RM.id Rakyat Merdeka - Ketika kami “diplonco” -- selaku mahasiswa Perguruan Tinggi Publisistik (PTP) di halaman kantor PWI Jaya, Jalan Merdeka Selatan pada 1969, Harmoko selaku Ketua PWI Jaya, sesekali datang ke kantor PWI Jaya, menyaksikan juga kegiatan “plonco”.
Profilnya dari dulu tidak berubah: rambut disisir rapi dan klimis, selalu penuh senyum. Bicaranya santun. Dengan setiap orang yang dikenalnya, ia senang bersalaman dan lempar senyum yang simpatik.
Baca juga : PPKM Mikro, Wisata Candi Arjuna Dieng Ditutup Sementara
Isteri Harmoko, Sri Romadhiyati, juga kuliah di PTP, satu tahun lebih senior dari saya. Kampus PTP waktu itu “numpang” di sekolah Kanisius, Jalan Menteng Raya. Di malam hari, Harmoko sering datang ke kampus, khusus menjemput Sri. Tentu, pasangan ini ketika itu masih berstatus “pacaran”. Sesekali saya juga bertemu, dan menyalami Harmoko di depan kampus yang cukup ramai dengan mahasiswa.
Wartawan yang satu ini boleh dikatakan sukses gemilang dalam perjalanan hidupnya. Setelah lulus SMA, Harmoko langsung terjun ke bidang pers. Cita-citanya sebagai wartawan, rupanya, sudah tertanam di benaknya sejak muda. Tidak kurang 23 tahun ia menjadi wartawan: mulai dari kerja di harian Merdeka, hingga koran Angkatan Bersenjata.
Baca juga : Ajang Pembalasan Les Bleus
Di harian AB, ia berkawan dengan (alm) Nasruddin Hars yang lama bekerja di Kantor Berita AB, kemudian pindah ke harian AB. Di koran AB, Harmoko cuma bekerja setahun, kemudian lompat ke harian API (Pancasila) yang cukup terkenal waktu itu, sebagai koran yang “Pancasilais”.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.