BREAKING NEWS
 

Untuk Atasi Banjir Di Cipayung

DKI Bangun Embung Bisa Jadi Destinasi Berwisata

Reporter : DEDE ISWADI IDRIS
Editor : MARULA SARDI
Selasa, 6 Juni 2023 07:30 WIB
Wali Kota Administrasi Jakarta Timur Muhammad Anwar saat meninjau kerja bakti di proyek sodetan kali yang sempat terbengkalai di Kampung Sumur RT 02/RW 17 Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (5/6/2023). (ANTARA/HO-Kominfotik Jakarta Timur)

 Sebelumnya 
Selanjutnya, Taman Abdul Rachman, Cibubur seluas 565,8 meter persegi. Taman Palem, Ciracas seluas 612,84 meter persegi. Taman Waru, Kelapa Dua Wetan seluas 338,16 meter persegi. Situ Kelapa Dua Kelapa Dua Wetan seluas 56.000 meter persegi. Serta, Taman Ujung Menteng, Cakung seluas 563,63 meter persegi.

Sedangkan lima hutan kota, yakni Hutan Kota Rawa Dong­kal, Ciracasseluas 86.736,47 meter persegi. Hutan Kota Ujung Menteng, Cakung seluas 378 meter persegi. Hutan Kota Sunter Hulu, Cipayung seluas 30 ribu meter persegi. Hutan Kota Aneka Elok, Cakung seluas 21.357 meter persegi. Dan Hutan Kota Pondok Ranggon, Cipayung seluas 4.400 meter persegi.

Anggota DPRD DKI Jakarta Justin Adrian mendukung pem­buatan Embung di Cipayung. Namun dia meminta Pemkot Jakarta Timur tidak berhenti di proyek itu saja. Terutama, mesti dibangun di daerah cekungan.

“Embung dibutuhkan karena wilayah tangkapan air yang akan menjadi pasokan air saat kema­rau,” ujarnya.

Baca juga : Tebar Kebaikan, Relawan Ganjar Milenial Center Bangun Paving Blok di Lebak Banten

Karena itu, dia mendorong Pemprov DKIJakarta untuk terus membangun embung.

“Paling tidak dalam setahun itu harus ada lima sampai 10 embung baru,” kata Justin kepa­da Rakyat Merdeka, kemarin.

Agar embung dan penanganan banjir berfungsi maksimal, ang­gota Komisi D ini mengingatkan pemerintah daerah untuk mem­perbaiki tata kota. Sebab, tata kota Jakarta masih amburadul.

“Saluran mikro di daerah padat penduduk banyak yang mampet dan tertutup bangunan sehingga ketika hujan, air me­luap,” jelas Justin.

Baca juga : Tenang, Ekonomi Kita Masih Kebal

Dia menegaskan, infrastruktur saluran mikro harus segera dibenahi agar proyek pengendalian banjir yang dikerjakan Pemerintah tidak sia-sia.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan Nirwono Yoga me­nekankan, penanganan banjir butuh waktu dan proses. Tidak bisa simsalabim, langsung jadi. Nirwono bilang, penangan­an banjir harus mengerjakan banyak aspek. Bukan hanya normalisasi sungai atau pem­bangunan bendungan.

Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta juga harus membenahi 109 situ, danau, embung, waduk (SDEW) dari hulu hingga hilir.

Kemudian, merehabilitasi seluruh saluran drainase agar mampu menampung curah hujan ekstrim. Yakni dengan mem­perbesar dimensi saluran air dan terhubung ke SDEW terdekat untuk ditampung.

Baca juga : Penumpang Kapal Bisa Mudik Sekaligus Wisata

Selain itu, Pemprov DKI Jakarta perlu menangani banjir sesuai dengan jenis banjir. Pasal­nya, Jakarta memiliki bermacam sumber yang menyebabkan ban­jir. Pertama, banjir kiriman yang berasal dari luapan air sungai.

Kedua, banjir lokal yakni dikarenakan buruknya sistem drainase. Dan terakhir, banjir rob karena kurang maksimalnya penanganan lingkungan di kawasan pesisir Jakarta. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense