RM.id Rakyat Merdeka - Proses berdirinya Muhammadiyah di Padang Panjang, Sumatra Barat (Sumbar) sering merujuk pada beragam karya ulama, sastrawan, wartawan, sekaligus Pahlawan Nasional asal Sumbar, Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah (1908 –1981), yang akrab dikenal dengan nama pena, HAMKA.
Baca juga : Kabar Gembira! Biaya Rapid Test Di 8 Bandara Angkasa Pura I Turun Harga Jadi Rp 85.000
Namun, jarang yang mengungkap versi kedua, mengenai sejarah tegaknya persyarikatan itu di Padang Panjang. Narasinya bermula dari seorang pemuda Nagari Pitalah bernama Saalah Jusuf yang bergelar Sutan Mangkuto. Saat baru saja kembali dari Jawa, dia kemudian mendirikan Perkumpulan Tani di kampung asalnya pada Agustus 1925.
Baca juga : Belum Pasti Covid, Dino Pati Djalal Dirawat di RSPAD
Kini, Pitalah merupakan salah satu nagari yang termasuk wilayah Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumbar. Nagari (bahasa Minangkabau) berarti wilayah administratif sesudah kecamatan, semacam desa atau kelurahan.
Baca juga : 11 Pegawai LPSK Positif Covid
Saalah dinilai berani mengambil risiko besar, mengingat nagari Pitalah merupakan basis groep Sarekat Rakyat Padang Panjang –organisasi yang berafiliasi ke komunis. Ketika Saalah ingin mengubah perkumpulannya, upayanya penuh intrik dan memicu konflik dengan otoritas Pitalah.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.