BREAKING NEWS
 

Berbagi Beban APBN Dengan BI

Sri Mul Lega

Reporter & Editor :
APRIANTO
Rabu, 25 Agustus 2021 07:55 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kiri depan) menghadiri Rapat Paripurna DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/8/2021). (Foto: Antara/Galih Pradipta)

RM.id  Rakyat Merdeka - Meskipun defisit APBN tembus 6,1 persen karena dihajar Covid-19, Menteri Keuangan, Sri Mulyani masih bisa bernapas lega. Ada dua alasan utama yang membuat Sri Mulyani bisa seperti itu. Pertama, defisit APBN tak sebesar Amerika, China, Inggris, India dan Jepang. Kedua, Bank Indonesia (BI) mau berbagi beban menyelamatkan APBN.

Kemarin, Sri Mulyani menghadiri langsung Rapat Paripurna DPR di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta. Dia hadir sekitar pukul 11. Sri Mulyani tampil mengenakan blazer abu-abu kombinasi pink.

Rapat yang dipimpin Wakil Ketua DPR, Muhaimin Iskandar ini, mengagendakan tanggapan pemerintah terhadap pemandangan umum fraksi atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) 2022 beserta nota keuangannya.

Baca juga : Sehatkan APBN, Sri Mulyani Genjot Pajak

Dalam paparannya, Sri Mulyani yang merupakan eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, langsung menanggapi pandangan-pandangan fraksi di DPR soal APBN 2022. Salah satu poin yang dibahas adalah pemerintah terus berupaya menekan utang dan beban bunganya.

Sri Mulyani memaparkan, pandemi Corona membuat defisit APBN tahun lalu tembus 6,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Meski begitu, kata dia, angka ini jauh lebih rendah ketimbang defisit yang dialami negara lain. Sebut saja Amerika Serikat (AS) yang mengalami defisit 15,8 persen terhadap PDB-nya. Inggris 13,4 persen, Jepang 12,6 persen, India 12,3 persen, dan China 11,4 persen.

Meski begitu, pemerintah tetap harus berutang untuk menambal kantong negara yang defisit. Hasilnya, rasio utang Indonesia pada 2020 naik 9,2 persen secara tahunan (yoy) menjadi 39,4 persen dibanding 2019. Sri Mulyani meminta tidak perlu khawatir dengan rasio utang tersebut. Dia mengklaim, angka tersebut relatif lebih rendah dibandingkan negara lain.

Baca juga : Dubes Heri Letakan Karangan Bunga Di Monumen Soekarno Di Tokyo

Lalu, dia mencontohkan rasio utang Jepang yang naik 21,4 persen menjadi 256,2 persen. Diikuti AS naik 18,9 persen menjadi 127,1 persen, Inggris 18,4 persen menjadi 103,7 persen, India 15,7 persen menjadi 89,6 persen. Sementara, China rasio utangnya naik 9,8 persen menjadi 66,8 persen.

“Kita masih termasuk kategori negara yang berhati-hati dan pruden dalam mengelola APBN. Bahkan dalam situasi shock yang luar biasa,” beber Sri Mulyani.

Meski kenaikan utangnya tidak sebesar negara lain, pemerintah tetap melakukan kebijakan extraordinary. Salah satunya, melakukan burden sharing alias berbagi beban dengan BI untuk membiayai APBN.

Adsense

Baca juga : Lawan Pacman, Ugas Siap Ngegas

Nah, kemarin, sebelum ke DPR, Sri Mulyani melakukan jumpa pers bersama Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan soal burden sharing ini.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense