BREAKING NEWS
 

Meningkat 30 Persen Selama Pandemi, Hati-hati Tangani Limbah Covid-19

Reporter & Editor :
FAQIH MUBAROK
Minggu, 29 Agustus 2021 15:22 WIB
Edward Nixon Pakpahan dari Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat Pelatihan Penguatan Gerakan Pramuka, Sabtu (28/8). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi Covid-19 tak hanya menyebabkan banyak orang terinfeksi Corona. Melainkan juga menghasilkan limbah medis yang tergolong bahan beracun dan berbahaya. Setiap hal yang bersentuhan dengan pengidap Covid-19 harus dilakukan sebagai benda infeksius.

"Karenanya, treatment-nya berbeda. Harus dimusnahkan, dibakar," kata Edward Nixon Pakpahan dari Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam Pelatihan Penguatan Gerakan Pramuka, Sabtu (28/8).

Pelatihan ini diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), dan Pusat Informasi Nasional Gerakan Pramuka. Tenaga Ahli Menteri Kominfo Donny Budi Utoyo dan Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Kwarda DKI Jakarta Isnawa Adji juga hadir dalam pelatihan itu.

Baca juga : Industri Di Jakarta Siap Hidup Bareng Covid-19

Selain soal limbah, pelatihan itu juga membahas penyebaran disinformasi semasa pandemi. Edward mengatakan, ada kenaikan limbah medis hingga 30 persen per hari selama pandemi berlangsung.

Sebelum pandemi, rata-rata dihasilkan 400 ton limbah medis per hari. Jadi selama pandemi ini, limbah medis meningkat menjadi 520 ton per harinya.

Adsense

Untuk penanganannya, Kementerian LHK membangun insenerator di berbagai daerah sejak tahun lalu. Pembangunan berbagai insinerator tambahan itu bisa memusnahkan total 150 ton limbah medis per hari. "Covid-19 ini berbahaya, semua yang terkait harus ditangani serius. Masker, sekalipun tidak dipakai orang terpapar, harus ditangani dengan baik," kata Edward.

Baca juga : PUPR Sulap Parkiran RSUP Dr Sardjito Jadi Ruang ICU Covid-19

Masker menjadi salah satu sumber limbah medis paling banyak. Sebab, masker tidak hanya dipakai di lingkungan yang ada pengidap Covid-19. Masker yang sudah dipakai wajib dipotong dan disemprot dengan cairan disinfeksi. Setelah itu, baru dikemas secara aman sebelum dibawa ke tempat pemusnahan.

"Kami berharap kawan-kawan Pramuka bisa ikut membantu menyosialisasikan cara penanganan masker yang aman," ujar Edward lebih lanjut.

Selain penanganan limbah medis, masalah yang harus ditangani adalah disinformasi. Selama pandemi, hampir 2.000 kabar hoaks beredar. Kabar palsu itu beredar luas ke berbagai lapisan masyarakat.

Baca juga : Menaker Minta Pekerja Perempuan Terdampak Pandemi Diperhatikan

"Pramuka bisa membantu memberantasnya. Jika ada berita yang tidak jelas sumber dan kebenarnya, jangan disebar ke orang lain dengan alasan bertanya atau mengonfirmasi," ujar Donny.

Ia mengajak anggota Pramuka dan masyarakat luas rutin memeriksa covid19.go.id untuk mengetahui informasi terpercaya soal Covid-19. Setiap kabar palsu atau hoaks bisa menyebar hingga ke ribuan orang.

Setiap orang bisa terlibat memutus penyebarannya dengan memeriksa setiap informasi yang diterima. Apalagi, semakin banyak tempat untuk memeriksa informasi terpercaya terkait Covid-19. "Hoaks sangat berbahaya. Sudah banyak yang menjadi korban gara-gara percaya hoaks," kata dia. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense