BREAKING NEWS
 

Sosialisasi Empat Pilar MPR Ke IPM

Bamsoet Dorong Indonesia Jadi Pusat Pendidikan Dan Peradaban Dunia

Reporter & Editor :
UJANG SUNDA
Kamis, 22 September 2022 11:22 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo (di podium) saat Sosialisasi Empat Pilar MPR dengan Pimpinan Pusat IPM, di Kompleks MPR, Jakarta, Rabu (21/9). (Foto: Dok. MPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR Bambang Soesatyo mengapresiasi kiprah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang di tengah hiruk-pikuk dan kompleksitas kehidupan generasi muda, masih semangat menghidupkan narasi kebangsaan. Politisi yang akrab disapa Bamsoet ini juga bangga, sebagai organisasi pelajar terbesar se-Indonesia, IPM telah sukses meraih berbagai penghargaan di tingkat nasional maupun internasional. Antara lain sebagai Organisasi Kepemudaan Terbaik Nasional, Penghargaan Pemuda Indonesia Sociopreneur, dan ASEAN Ten Accomplished Youth Organisation.

"Selama 61 tahun berkiprah, IPM telah memberikan kontribusi penting bagi pembangunan generasi muda bangsa. IPM hadir dalam realitas kehidupan sosial, dan menjadi bagian dari solusi atas berbagai persoalan kebangsaan. Contohnya, dengan segala sumber daya yang dimiliki, IPM di berbagai daerah selalu aktif melakukan kegiatan kemanusiaan dan bakti sosial, termasuk di masa pandemi Covid-19. Tindakan tersebut merupakan cerminan dari semangat Pancasila," ujar Bamsoet, dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR dengan Pimpinan Pusat IPM, di Kompleks MPR, Jakarta, Rabu (21/9).

Baca juga : Azyumardi Nulis, "Asia Bisa Jadi Pusat Peradaban Dunia"

Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, saat ini bangsa Indonesia telah menapakan kaki pada kuartal keempat menuju usia satu abad kemerdekaan. Dalam kurun waktu 23 tahun ke depan, bangsa Indonesia akan memasuki Indonesia Emas 2045. Salah satu pilar yang ingin diwujudkan, sebagaimana digagas Presiden Jokowi, adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia.

Adsense

"Artinya, sektor pendidikan menjadi faktor penting dan fundamental. Selaras dengan semboyan IPM sekaligus keluarga besar Muhammadiyah yang menjadikan pendidikan sebagai prioritas, sebagaimana tertera pada logo organisasi IPM, yaitu Nun wal qalami wama yasturun yang bermakna 'demi pena dan apa yang dituliskannya'. Untuk mewujudkan visi Indonesia Emas tersebut, harus dimulai dengan adanya perencanaan pembangunan yang matang dan berkesinambungan yang kini sedang disiapkan oleh MPR dengan nomenklatur Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN)," jelas Bamsoet.

Baca juga : Prof Azra Wafat, Menag: Indonesia Berduka Kehilangan Intelektual Kaliber Dunia

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menerangkan, bangsa Indonesia mempunyai sumber daya potensial untuk tumbuh dan berkembang dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Salah satunya yakni bonus demografi, dimana komposisi demografi didominasi oleh penduduk usia produktif. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 mencapai 319 juta jiwa, sekitar 70 persen atau sebanyak 223 juta jiwa adalah kelompok usia produktif. Jika tidak dikelola dengan baik, bonus demografi tersebut malah akan menjadi bencana demografi.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, dalam konteks pemajuan pendidikan nasional, sejak APBN tahun anggaran 2009, Pemerintah telah melakukan pemenuhan mandatory anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN, sebagaimana amanat konstitusi. Di satu sisi, alokasi anggaran tersebut berhasil meningkatkan akses pendidikan bagi rakyat. Berdasarkan data Organisation for Economic Co-operation and Development, pada tahun 2000 penduduk usia 15 tahun yang bersekolah pada jenjang SMP atau SMA hanya sebesar 39 persen. Pada tahun 2018 meningkat pesat menjadi 85 persen.

Baca juga : Pembinaan Atlet Dukung Esports Indonesia Berprestasi Di Kancah Dunia

Di sisi lain, dari aspek kualitas pendidikan, hasilnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Salah satunya tergambar pada hasil survei yang dilakukan CEOWorld tahun 2020, mengenai kualitas pendidikan di berbagai negara, dimana Indonesia hanya menduduki peringkat ke-70 dari 93 negara yang disurvei.

"Penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018, untuk kompetensi membaca, Indonesia menempati peringkat ke-74 atau 6 terbawah dengan nilai 371 di bawah rata-rata global sebesar 487. Sedangkan untuk nilai matematika, Indonesia meraih nilai 379, juga di bawah nilai rata-rata global sebesar 487, dan menempati peringkat ke-73 atau 7 terbawah. Yang cukup memprihatinkan, bahwa kemampuan membaca, berhitung, dan sains pelajar Indonesia dalam penilaian PISA cenderung stagnan sejak tahun 2000. Menunjukan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan menuju Indonesia Emas 2045," pungkas Bamsoet.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense