RM.id Rakyat Merdeka - Seorang bakal calon anggota DPR sedang galau. Dia sudah pasang baliho, spanduk bahkan billboard dimana-mana, tapi tidak ada jaminan namanya masuk sebagai calon anggota DPR.
Bahkan, sekadar namanya tercantum sebagai caleg dari partai, dia tidak tahu. Masuk atau tidak. Gelap. Sebagai politisi, dia punya kemampuan. Si calon ini dengan tegas menyatakan sikapnya: pemilu harus nyoblos nama orang, bukan nyoblos partai politik.
Baca juga : Kemiskinan Akut Melilit Parpol
Ada juga cerita lain. Juga dari seorang politisi. Dia memiliki kemampuan, expert di bidangnya. Bidang hukum. Dia berharap masuk Komisi Hukum di DPR. Tapi, kemampuan finansialnya terbatas. Kalau visi-misi, dia punya. Banyak.
Calon ini punya kapasitas, integritas dan kapabilitas, serta istilah lainnya yang berakhiran tas. Namun, ada satu “tas” yang tidak dia miliki: isi tas (duit).
Baca juga : Koalisi dan Dark Comedy
Sebagai politisi, dia punya satu harapan: ketua partai akan memilihnya sebagai calon jadi. Di daftar caleg, namanya ada di nomor satu. Bukan nomor sepatu.
Dia berharap: Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan Pemilu 2024 menggunakan sistem proporsional tertutup. Nyoblos partai. Bukan nyoblos orang.
Baca juga : Dicari, Menteri Plus-plus
Harapannya, Ketua Umum parpol, yang memutuskan nomor dan nasib calon anggota legislatif, yang kebetulan dekat dengannya, menempatkan namanya di nomor satu. Bukan di nomor sepatu, 29 apalagi 39.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.