Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

"Virus" Ini Bisa Mengganas

Minggu, 18 Desember 2022 06:39 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Apakah negara sudah tidak berkutik dan tak punya kekuatan?

Pertanyaan ini kita ajukan, karena; pertama, pernyataan Wakil Ketua Mahkamah Agung (MA) Sunarto yang mengaku sudah angkat tangan melawan makelar kasus.

Makelar kasus, biasa disingkat markus, sudah bukan barang baru. Dari ketua MA yang satu ke ketua MA yang lain, semua bertekad melawan markus. Hasilnya, kita semua sudah tahu.

Kenapa markus tak benar-benar bisa diberantas? Ini yang mestinya menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus segera diselesaikan. Segera.

Baca juga : Bukan Cermin Retak Demokrasi

Pernyataan kedua dilontarkan Menko Polhukam Mahfud MD. Dia menyorot aparat yang menjadi beking di beberapa bisnis, kecil maupun besar. Ini juga PR.

Kalau MA sudah angkat tangan, artinya alarm bahaya sudah berbunyi sangat nyaring. Kalau menteri sekelas Mahfud MD hanya bisa bicara di publik, tanpa ada tindak lanjut dan jalan keluar konkret, artinya sudah sangat merisaukan.

Apakah MA dan Mahfud mengharapkan ada orang lain yang menyambar, lalu melakukan langkah luar biasa? Bukankah Mahfud berstatus Menko Polhukam yang membawahi banyak lembaga?

Sebenarnya sudah ada yang menyambut pernyataan Mahhfud: Anggota Komisi III DPR, Arsul Sani. Dia menyarankan Mahfud lapor ke Presiden Jokowi. Kemudian agendakan rapat terbatas. Setelah itu, DPR akan mengawasi langkah-langkah yang diambil.

Baca juga : Piala Dunia, Politik Dan Kita

Kita belum tahu langkah apa yang akan diambil Mahfud. Kita juga tidak tahu langkah apa yang akan diambil untuk memberantas makelar kasus yang dinilai sudah akut tersebut.

Kita berharap, apa pun persoalan bangsa, jangan dibiarkan menumpuk dan berlarut-larut. Karena, kalau dibiarkan mengambang, tak jelas jalan keluarnya, maka akan tumbuh imunitas.

Setengah-setengah atau bahkan gagal memberantas berbagai persoalan bangsa, termasuk korupsi, markus, penyalahgunaan wewenang serta jual-beli pengaruh, akan menumbuhkan keyakinan, “oh, berarti perbuatan kita tidak apa-apa. Aman”. Atau, “mereka tidak bisa berbuat apa-apa melawan kita”.

“Imunitas” yang diperoleh suatu kejahatan, akan menarik minat generasi berikutnya untuk melakukan hal yang sama. Bahkan melampauinya dengan modus yang lebih canggih.

Baca juga : Korupsi, Lucu Dan Menyedihkan

Dampaknya, generasi muda melihat profesi-profesi tertentu bukan lagi sebagai bentuk pengabdian untuk bangsa dan negara, tapi alat untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Dengan cara apa pun.

Pergeseran pandangan ini bisa menjadi bola salju yang bisa menggulung budaya sebuah bangsa.

Jangan sampai bangsa ini berjalan melenceng terlalu jauh, dan “sakit” terlalu lama, dalam banyak hal. Karena itu, mata rantainya harus diputus. Kita menunggu langkah Mahfud MD dan jajarannya (sembari membayangkan Mahfud bisa meraih posisi lebih dari “sekadar” Menko).

Kalau tidak ada langkah konkret, segera dan konsisten, virusnya akan terus berkembang biak, mengganas, vaksin dan obatnya semakin sulit. Sangat bahaya. ■ 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.