RM.id Rakyat Merdeka - Debat capres “berawal” dari aula yang sumpek. Penuh sesak. Sepenuh harapan terhadap masa depan Indonesia. Debat tersebut menjadi cikal bakal debat capres/cawapres Indonesia yang sekarang menjadi tradisi.
Saya mencoba mengingat kembali: Selasa, 27 April 1999. Usia Reformasi belum setahun. Orde yang masih muda itu berusaha mencari bentuk. Salah satunya lewat debat capres.
Namanya: Debat Calon Presiden RI. Salah satu tujuannya, supaya tidak membeli kucing dalam karung. Berlangsung di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Salemba, Jakarta, debat diinisiasi oleh para mahasiswa UI.
Mereka menyebut kelompoknya: Forum Salemba. Debat ini berlangsung informal. Penonton tak dibatasi. Semua bisa masuk. Aula penuh sesak. Semua ingin menyaksikan “barang baru” dalam politik Indonesia. Menyaksikan acara tersebut, saya keluar-masuk aula. Menyimak suasana di dalam dan di luar.
Di dalam, ruangan penuh. Panas, walau ada kipas angin. Di luar, penonton tak kalah banyaknya. Taman UI sedikit rusak diinjak-injak penonton yang membludak. Penonton sangat antusias. Nama-nama “capres” potensial hadir menjadi peserta debat. Amien Rais duduk di posisi paling kanan. Disampingnya, KH Didin Hafidhuddin dari Partai Keadilan (belum PKS).
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.