Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Olahraga Dan Runtuhnya Mahkota

Minggu, 23 Desember 2018 08:04 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Ada yang menilai, sektor olahraga tak ada duitnya. Kurang “basah”. Setelah heboh kasus Hambalang, orang baru terbelakak: Wow, gede banget. “Basah”.

Di kalangan politisi, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dianggap kementerian junior. Menterinya biasanya relatif masih muda. Tidak seperti kementerian lain yang diduduki pejabat senior.

Tapi, duit tak mengenal umur. Junior atau senior. Tempat basah atau kering. Olahraga, juga bukan sekadar berlatih, bertanding, kalah, menang, memperbutkan medali atau piala. Olahraga juga menyangkut sarana latihan dan infrastruktur serta “dana hibah”.

Baca juga : Kata-Kata Dan Perut

Di situlah celahnya. Di situlah Kemenpora bisa tergelincir sehingga cukup sering menjadi “pasien” KPK. Dari pejabat eselon sampai menterinya, sudah kena.

Terakhir, Selasa (18/12) lalu, dari lima orang terjerat Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK dan menjadi tersangka, tiganya dari Kemenpora. Uang yang disita, awalnya “cuma” 300 juta rupiah. Malamnya, ketika KPK mengumumkan secara resmi, jumlahnya ternyata miliaran rupiah.

Uang ini terkait dana hibah untuk KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Masalahnya, sebagian uang itu “dikembalikan” lagi ke pejabat Kemenpora. Semacam dana kickback. Atau, bisa juga diistilahkan uang terimakasih, uang rokok, uang capek atau istilah-istilah sejenis. Nilainya hampir 20 persen. Ada juga yang berbentuk mobil.

Baca juga : (K)Otak Kardus

Yang menyedihkan, ketika ada uang terimakasih hampir 20 persen itu, sebagian karyawan KONI ada yang belum gajian. Beberapa cabang olahraga yang menjadi urusan KONI, juga mengeluh soal dana.

Belum jelas, apakah uang kickback itu inisiatif pejabat KONI, sebagai tanda terimakasih, atau memang “syarat” yang diajukan pejabat Kemenpora. Apapun itu, kedua belah pihak, jelas bersalah. Yang menyuap dan disuap, dua-duanya kena.

Kasus ini sungguh sangat disayangkan. Karena, diibaratkan sebagai mahkota; mahkota sportifitas dan fair play itu ada di kantor Kemenpora. Sama seperti persepsi bahwa mahkota “kesalehan” itu ada di kantor Kementerian Agama, atau mahkota hukum disimpan di kantor kejaksaan, kepolisian dan mahkamah.

Baca juga : Dewa Janji

Sekarang, mahkota itu runtuh. Oleh pemilik rumah sendiri. “Pagar makan tanaman”. Kesalahannya berlipat-lipat. Sungguh sangat disayangkan.

Menyusul terkuaknya kasus ini, KPK kemudian berencana mengembangkannya sampai ke Asian Games. Kita berharap semoga saja tidak ada apa-apa. Karena, sungguh sangat disayangkan kalau Asian Games yang penyelenggaraan dan prestasinya sangat sukses itu dinodai kasus korupsi. Semoga saja tidak.

OTT ini juga mengingatkan kita bahwa di saat para atlet berjuang meraih kemenangan, berlatih keras, memeras keringat, darah dan air mata, di sudut lain, di sebuah “event besar” ada sebuah kekalahan menyakitkan: kalah dari diri sendiri!

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.