Dewan Pers

Dark/Light Mode

Literasi Adalah Jantungnya Pendidikan

Kamis, 16 Maret 2023 21:16 WIB
Meningkatkan literasi anak (Gambar: Dok. Kemendikbudristek)
Meningkatkan literasi anak (Gambar: Dok. Kemendikbudristek)

Sebagai seorang guru, saya merasakan betul bagaimana rendahnya tingkat literasi pelajar pada saat ini. Pemandangan yang biasa di lihat di era tahun 90 sampai 2000-an, saat jam istirahat masih banyak pelajar yang mengisi waktu dengan membaca majalah, novel, ataupun komik. Saat ini, waktu luang mereka lebih banyak dihabiskan dengan bermain gawai.

Menurut data statistik dari UNESCO, dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi Thailand dan peringkat terakhir diisi Botswana. Untuk peringkat pertama, diisi Finlandia dengan tingkat literasi yang tinggi, hampir mencapai 100 persen.

Data ini menunjukkan bahwa rendahnya minat baca di Indonesia. Negara kita tertinggal jauh dari Singapura dan Malaysia. Dilansir dari data penelitian yang dilakukan United Nations Development Programme (UNDP), tingkat pendidikan berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 14,6 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia yang mencapai angka 28 persen dan Singapura yang mencapai angka 33 persen.

Hal penelitian tersebut diperkuat lagi dengan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) selama 20 tahun terakhir, yang menunjukkan bahwa skor literasi anak-anak Indonesia masih rendah dan belum meningkat secara signifikan. Kemampuan literasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata kemampuan literasi peserta didik di negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Berita Terkait : Awas! Serangan Jantung Mulai Bidik Generasi Muda

Ada beberapa penyebab rendahnya tingkat literasi di Indonesia, selain dari maraknya gempuran gadget. Di antaranya karena jarangnya pembiasan membaca di rumah yang dicontohkan orang tua sejak dini. Idealnya, mulai periode keemasan anak dibiasakan dengan dibacakan cerita dongeng dan lain-lain, sehingga anak akrab berinteraksi dengan buku. Tidak bisa dipungkiri pendidikan pertama anak adalah di rumahnya.

Masih kurangnya produksi buku di Indonesia, menurut data Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Skala buku di Indonesia saat ini adalah 1:10 atau 1 buku untuk 10 satu anak. Padahal idealnya, 1 anak 1 buku. 

Terakhir, masih belum meratanya akses dan sarana pendidikan. Diakui atau tidak, sekolah-sekolah di daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terdepan) belum menerima akses dan sarana pendidikan yang memadai. Untuk kedua masalah ini sangat diperlukan intervensi dari pemerintah. Maka, Kemedikbudristek di bawah kepemimpinan Mendikbudristek Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan Merdeka Belajar jilid ke-23.

Pada 27 Februari 2023, untuk melengkapi berbagai program penguatan literasi, Kemendikbudristek meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar jilid ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Program tersebut berfokus pada pengiriman buku bacaan bermutu untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang disertai dengan pelatihan bagi guru.

Berita Terkait : Kemendagri: Pemerintah Tidak Ada Pikiran Tunda Pemilu

Nadiem Makarim menyampaikan, terobosan Merdeka Belajar jilid ke-23 ini diluncurkan untuk menjawab tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini. Dia merasakan betul, penyebab rendahnya kebiasaan membaca adalah masih kurang atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik.

Program pengiriman buku ke sekolah bukan kebijakan yang baru dilakukan Kemendikbudristek. Namun, kali ini Kemendikbudristek menghadirkan terobosan untuk sejumlah hal. Mulai dari jumlah eksemplar, jumlah judul buku, jenis buku yang dikirimkan, pendekatan yang dilakukan dalam mendistribusikan buku, sampai pemilihan sekolah yang menjadi penerima pengiriman buku.

Pada 2022, Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia. Menurut Nadiem, pengiriman buku merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Kemendikbudristek. Dan yang paling penting, pihaknya juga menyediakan pelatihan dan pendampingan untuk membantu sekolah memanfaatkan buku-buku yang diterima

Kebijakan yang terkait dengan literasi ini mutlak dilakukan Kemendikbudristek agar meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya yang berkualitas, cerdas, kreatif dan inovatif. Roger Farr (1984) menyebut bahwa “reading is the heart of education”, literasi adalah jantungnya Pendidikan. Dengan kata lain, maju atau tidaknya pendidikan bergantung pada peningkatan kemampuan literasi dari sumber daya manusia (pelajar). Ngainun Naim, dalam buku “Geliat Literasi (2015)” menegaskan, untuk menciptakan kemajuan peradaban suatu daerah, salah satunya dengan menumbuh kembangkan tradisi literasi.■

Berita Terkait : Kejagung Buka Penyidikan

Nurlaeli: Wakil Kepala SMK Islam Insan Mulia Tangerang, Guru Pendidikan Agama Islam SD Muhammadiyah Bojongnangka, Tangerang

Powered by Froala Editor

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.